Berita

Ilustrasi/Net

Politik

Tolak Pemilu Serentak 2024, Cipayung Plus Sumut Minta Pilkada 2022 Dan 2023 Digelar Sesuai Jadwal

SENIN, 01 FEBRUARI 2021 | 08:21 WIB | LAPORAN: AGUS DWI

Wacana meniadakan Pilkada 2022 dan 2023 untuk digabungkan dalam Pemilu 2024 terus mendapat kritikan dari masyarakat.

Selain butuh biaya besar saat Pilkada, Pileg, dan Pilpres dilaksanakan di tahun yang sama, wacana tersebut juga kental dengan nuansa politis. Khususnya dalam pelaksanaan Pilpres 2024.

Untuk itu, Kelompok Cipayung Plus Sumatera Utara yang meliputi PKC PMII, DPD GMNI, PW KAMMI, dan PW HIMMAH Sumatera Utara menolak wacana meniadakan Pilkada 2022 dan 2023.


Ketua PKC PMII Sumut, Azlansyah Hasibuan, meminta pemerintah untuk tidak egois dengan memaksakan agar Pilkada dan Pemilu digelar bersamaan pada 2024.

"Kami menilai Pilkada dan Pemilu Serentak di 2024 sarat kepentingan politis untuk Pilpres 2024 nanti. Untuk itu, kami minta pemerintah mengevaluasi UU Pilkada dan Pemilu Serentak 2024,” jelasnya kepada wartawan, Minggu (31/1).

Senada, Ketua PW KAMMI Sumatera Utara, Akhir Rangkuti, mengaku khawatir dengan kondisi keuangan bangsa jika Pilkada tetap digelar bersamaan dengan Pileg dan Pilpres.

"Berapa triliun uang negara yang akan habis untuk biaya Pilkada dan Pemilu apabila diserentakkan di 2024. Bisa bangkrut negara kita ini,” tuturnya, dikutip Kantor Berita RMOLSumut.

Atas alasan tersebut, Akhir meminta agar Pilkada tahun 2022 dan 2023 tetap digelar sesuai jadwal.

Ketua DPD GMNI Sumut, Paulus Gulo, bahkan menilai penyerentakan Pilkada dan Pemilu tidak akan efektif. Khususnya bagi keselamatan rakyat. Dia juga tidak yakin KPU akan sanggup melaksanakannya.

“Sementara Pemilu Serentak 2019 lalu saja banyak petugas yang meninggal menjadi korban. Ini melibatkan nyawa manusia. Dalam hal ini, kami garda terdepan menolak Pilkada dan Pemilu diserentakkan tahun 2024,” tegasnya.

Sementara itu, Ketua PW HIMMAH Sumut, Abdul Razak Nasution, meminta pemerintah pusat berpikir matang. Jangan sampai kesalahan fatal diambil.

“Kita adalah negara yang besar dengan jumlah penduduk 271 juta jiwa. Tidak akan efektif dan banyak tidak baiknya apabila Pilkada dan Pemilu diserentakkan pada 2024,” demikian Razak.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pemkot Bogor Kini Punya Gedung Pusat Kegawatdaruratan

Senin, 29 Desember 2025 | 10:12

Dana Tunggu Hunian Korban Bencana Disalurkan Langsung oleh Bank Himbara

Senin, 29 Desember 2025 | 10:07

1.392 Personel Gabungan Siap Amankan Aksi Demo Buruh di Monas

Senin, 29 Desember 2025 | 10:06

Pajak Digital Tembus Rp44,55 Triliun, OpenAI Resmi Jadi Pemungut PPN Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 10:03

Ketum KNPI: Pelaksanaan Musda Sulsel Sah dan Legal

Senin, 29 Desember 2025 | 09:51

Bukan Soal Jumlah, Integritas KPU dan Bawaslu Justru Terletak pada Independensi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:49

PBNU Rukun Lagi Lewat Silaturahmi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:37

PDIP Lepas Tim Medis dan Dokter Diaspora ke Lokasi Bencana Sumatera

Senin, 29 Desember 2025 | 09:36

Komisi I DPR Desak Pemerintah Selamatkan 600 WNI Korban Online Scam di Kamboja

Senin, 29 Desember 2025 | 09:24

Pengakuan Israel Atas Somaliland Manuver Berbahaya

Senin, 29 Desember 2025 | 09:20

Selengkapnya