China dan Amerika Serikat/Net
Menjadikan China sebagai saingan strategis merupakan sebuah kesalahan.
Begitu yang disampaikan oleh Duta Besar China untuk Amerika Serikat, Cui Tiankai dalam sebuah forum virtual pada Kamis (28/1).
"Memperlakukan China sebagai saingan strategis dan musuh imajiner akan menjadi kesalahan penilaian strategis yang besar," ujar Cui, seperti dikutip
Reuters.
"Untuk mengembangkan kebijakan apa pun atas dasar itu hanya akan menyebabkan kesalahan strategis yang parah," lanjutnya.
Cui menegaskan, China terus mengupayakan hidup berdampingan secara damai dengan AS, kerja sama alih-alih konfrontasi. Ia juga menekankan pentingnya dialog untuk mengatasi perbedaan.
Meski begitu, Cui menggarisbawahi bahwa China tidak akan menyerah pada masalah kedaulatan dan integritas teritorial.
"China tidak akan mundur. Kami berharap Amerika Serikat akan menghormati kepentingan inti China dan menahan diri untuk tidak melewati garis merah," tekan Cui.
Sejak pemerintahan mantan Presiden Donald Trump, AS mendefinisikan China sebagai saingan strategis. Keduanya terlibat perang dagang pada 2018, yang berlanjut pada perselisihan terkait demonstrasi Hong Kong, Taiwan, Xinjiang, hingga pandemi dan Laut China Selatan.
Walaupun kepemimpinan Gedung Putih telah berganti, namun Presiden Joe Biden tampaknya akan tetap mempertahankan tekanan terhadap China.
Baru-baru ini, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyatakan dukungan kepada negara-negara Asia Tenggara untuk melawan klaim China di Laut China Selatan.