Berita

F-35/Net

Dunia

Biden Bekukan Serta Tinjau Ulang Perjanjian Penjualan Senjata Dengan Arab Saudi Dan UEA

KAMIS, 28 JANUARI 2021 | 08:43 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Presiden Joe Biden telah membekukan perjanjian penjualan senjata Amerika Serikat (AS) ke Arab Saudi dan meninjau kembali perjanjian serupa dengan Uni Emirat Arab (UEA).

Dengan Arab Saudi, AS melakukan perjanjian penjualan amunisi berpemandu presisi. Sedangkan dengan UEA terkait pembelian paket pesawat tempur F-35 sebagai bagian dari Perjanjian Abraham untuk melakukan normalisasi hubungan dengan Israel.

Mengutip seorang pejabat pemerintahan, bukan hal yang aneh bagi pemerintahan baru untuk menijau kembali perjanjian yang telah disepakati pemerintahan sebelumnya. Meski begitu, kemungkinan besar perjanjian tersebut akan tetap dilanjutkan.

Tetapi, Wall Street Journal pada Rabu (27/1) melaporkan, selama kampanye, Biden telah menyuarakan agar senjata AS tidak digunakan dalam kampanye militer Arab Saudi di Yaman.

"Bapak Biden telah menjelaskan bahwa kami akan mengakhiri dukungan untuk kampanye militer yang dipimpin oleh Arab Saudi di Yaman, dan saya pikir kami akan mengerjakannya dalam waktu yang sangat singkat," jelas Menteri Luar Negeri Antony Blinken.

Alih-alih memberikan dukungan senjata, Blinken mengatakan, AS akan membantu Arab Saudi mempertahankan diri dari serangan Houthi.

Seorang pejabat senior pemerintah mengatakan, perjanjian penjuaan senjata ke Arab Saudi senilai 290 juta dolar AS memang tengah dibekukan untuk menunggu peninjauan. Namun perjanjian dengan UEA tidak dibekukan.

Paket penjualan senjata senilai 23 miliar dolar AS ke UEA sendiri termasuk F-35 dan drone Reaper yang memakan waktu bertahun-tahun.

Kedutaan UEA di Washington menyebut pihaknya telah mengantisipasi tinjauan yang dilakukan pemerintah Biden dan akan membantu meyakinkan bahwa senjata tersebut digunakan untuk mencegah agresi di kawasan.

"Seperti dalam pemerintahan sebelumnya, UEA mengantisipasi peninjauan kebijakan saat ini oleh pemerintahan baru... Sejalan dengan dialog baru dan kerja sama keamanan, ini membantu meyakinkan mitra regional,” kata kedutaan.

Sejauh ini belum diketahui berapa lama peninjauan akan berlangsung.

"Departemen untuk sementara waktu menghentikan implementasi beberapa transfer dan penjualan pertahanan AS yang tertunda di bawah Penjualan Militer Asing dan Penjualan Komersial Langsung untuk memungkinkan kepemimpinan yang masuk kesempatan untuk meninjau," kata jurubicara Departemen Luar Negeri.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Viral Video Mesum Warga Binaan, Kadiv Pemasyarakatan Jateng: Itu Video Lama

Jumat, 19 April 2024 | 21:35

UPDATE

Satgas Judi Online Jangan Hanya Fokus Penegakkan Hukum

Minggu, 28 April 2024 | 08:06

Pekerja Asal Jakarta di Luar Negeri Was-was Kebijakan Penonaktifan NIK

Minggu, 28 April 2024 | 08:01

PSI Yakini Ekonomi Indonesia Stabil di Tengah Keriuhan Pilkada

Minggu, 28 April 2024 | 07:41

Ganjil Genap di Jakarta Tak Berlaku saat Hari Buruh

Minggu, 28 April 2024 | 07:21

Cuaca Jakarta Hari Ini Berawan dan Cerah Cerawan

Minggu, 28 April 2024 | 07:11

UU DKJ Beri Wewenang Bamus Betawi Sertifikasi Kebudayaan

Minggu, 28 April 2024 | 07:05

Latihan Evakuasi Medis Udara

Minggu, 28 April 2024 | 06:56

Akibat Amandemen UUD 1945, Kedaulatan Hanya Milik Parpol

Minggu, 28 April 2024 | 06:26

Pangkoarmada I Kunjungi Prajurit Penjaga Pulau Terluar

Minggu, 28 April 2024 | 05:55

Potret Bangsa Pasca-Amandemen UUD 1945

Minggu, 28 April 2024 | 05:35

Selengkapnya