Berita

KH Maemoen Zubair/Net

Publika

Santri KH Maemoen Zubair Boikot PPP?

SELASA, 26 JANUARI 2021 | 10:29 WIB

DALAM setiap partai, selain platform dan narasi, dibutuhkan juga ikon. Tokoh kharismatik yang punya pengaruh dan mampu mengkonsolidasikan massa. Terutama partai yang mengandalkan ketokohan atau figur.

Tokoh itu bisa satu, bisa lebih dari satu. Di Gerindra ada Prabowo. Di Demokrat ada SBY. Di PDIP ada Megawati. Di PPP ada KH Maemoen Zubair. Mereka adalah simbol partai.

KH Maemoen Zubair (almarhum) telah jadi ikon PPP sejak lama. Ketika PKB berdiri 23 Juli 1998, suara PPP di basis NU terancam. Terjadi penggembosan besar-besaran terhadap PPP.

Banyak sekali Kiai kharismatik dan berpengaruh NU yang hijrah ke PKB. Termasuk KH Maruf Amin yang saat ini menjadi wakil presiden. Situasi saat itu jadi pukulan cukup berat bagi PPP. Sebab, massa PPP juga ikut hijrah besar-besaran ke PKB.

Ulama berpengaruh yang masih tinggal dan istiqamah di PPP salah satunya adalah KH Maemoen Zubair. Pengasuh pesantren Al-Anwar Sarang Rembang ini memilih untuk "nguri-nguri" PPP.

Sang kiai kharismatik telah wafat saat haji dua tahun lalu. Sepeninggal beliau, PPP dianggap mulai melupakan jasanya. Tak lagi menghitung pengaruh sang kiai. Indikatornya? Putera-putera sang kiai disingkirkan dari PPP.

Mula-mula Gus Wafi, yang pernah menjadi Ketua PPP Jawa Tengah, sudah digusur. Lalu Gus Yasin. Wagub Jawa Tengah ini tampaknya juga dibuang dan namanya tidak diakomodir di dalam kepengurusan PPP pusat yang baru.

PPP lupa bahwa 100% santri Sarang, khususnya alumnus Al-Anwar,  khidmatnya kepada kiai sangat tinggi. Mereka nyoblos PPP bukan karena partai Kabah ini jadi pilihan ideal. Tidak!

Mereka coblos PPP alasannya cuma satu: "mengikuti pilihan politik sang kiai". Psikologi seperti ini berlaku hampir di semua pesantren salaf.

Sepeninggal KH Maemoen Zubair, hanya tinggal Gus Wafi dan Gus Yasin yang paling intens melakukan konsolidasi para alumni Sarang. Gus Wafi keliling di hampir semua wilayah untuk mengisi pengajian para santri yang tergabung dalam Forum Alumni Santri Sarang (FASS).
Selain Gus Najih, Gus Said dan para penerus ulama Sarang yang lain. Sementara Gus Yasin diwasiati kiai Maemoen untuk berkiprah di politik.

Khusus dalam konsolidasi, peran mereka berdua belum bisa digantikan yang lain. Meski posisi Sekjen PPP diisi Arwani yang juga berasal dari Rembang, namun Arwani tak punya ikatan emosional dan pengaruh sama sekali terhadap alumni pesantren Sarang.

Arwani bukan alumni pesantren Sarang, dan cenderung tidak dikenal oleh para alumni, kecuali hanya segelintir orang.

Di tengah terpuruknya suara PPP saat ini, langkah dan strategi yang tepat adalah merangkul semua kekuatan pendukung. Melupakan semua friksi yang pernah ada di internal partai.

Untuk sementara, demi menyelamatkan PPP, semua pihak mesti bersatu atau disatukan. Mengakomodir semua kader yang memiliki basis massa.
Merangkul, bukan menggusur. Apalagi yang digusur adalah putra-putra KH Maemoen Zubair. Berisiko terhadap dukungan massa, khususnya di Jateng dan Jatim. Nah, dalam hal ini, peran ketua umum sangat sentral.

Jika Gus Wafi, terutama Gus Yasin yang sekarang jadi kiblat dan kebanggaan para alumni Sarang juga disia-siakan peran pentingnya di PPP, hampir pasti mayoritas alumni Sarang akan tarik dukungan dari PPP. Termasuk "Muhibbin" atau orang-orang yang mengidolakan KH Maemoen Zubair.

Ini psikologi santri yang akan tersinggung dan marah ketika kiai atau keluarga kiai dirasa terzalimi. Ketum PPP mesti memahami psikologi semacam ini.

Santri Sarang bukan satu-satunya komunitas terbesar di PPP. Tapi, mengabaikan santri Sarang akan cukup berpengaruh terhadap perolehan suara PPP.

Bagi partai lain, ini keberuntungan. Boleh jadi, cabut dari PPP, santri Sarang akan berhijrah dan dukung partai lain.

PPP mesti sadar jika parliamentary threshold 5% dalam rancangan UU Pemilu disahkan, maka nasib PPP akan semakin berat untuk bisa bertahan.

Tony Rosyid
Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa


Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Ini Kronologi Perkelahian Anggota Brimob Vs TNI AL di Sorong

Minggu, 14 April 2024 | 21:59

Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Resmi Tersangka KPK

Selasa, 16 April 2024 | 07:08

Tim Kecil Dibentuk, Partai Negoro Bersiap Unjuk Gigi

Senin, 15 April 2024 | 18:59

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Mau Perang Tapi Kere, Bagaimana?

Senin, 15 April 2024 | 12:34

UPDATE

Polri Launching 2 Tim Bola Voli Jelang Turnamen Proliga 2024

Rabu, 24 April 2024 | 03:18

Prabowo-Gibran Harus Fokus Kembangkan Ekonomi Berbasis Kelautan

Rabu, 24 April 2024 | 02:58

Pria Paruh Baya Pemeras Minimarket Diringkus Polisi di Cengkareng

Rabu, 24 April 2024 | 02:39

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Pertamina di Hannover Messe 2024

Rabu, 24 April 2024 | 01:58

Kolaborasi Pertamina dan Polri Mengedukasi Masyarakat Lewat Publikasi

Rabu, 24 April 2024 | 01:41

Diduga Nistakan Agama, TikTokers Galih Loss Berurusan dengan Polisi

Rabu, 24 April 2024 | 01:21

Airlangga: Respons Pasar Modal Positif Terhadap Putusan MK

Rabu, 24 April 2024 | 00:57

KAI Commuters Catat 20 Juta Penumpang Gunakan KRL Selama Lebaran

Rabu, 24 April 2024 | 00:34

Airlangga Bersyukur Didukung Satkar Ulama Pimpin Golkar Hingga 2029

Rabu, 24 April 2024 | 00:13

Selengkapnya