Berita

Ekonom senior Rizal Ramli jelaskan 4 kesalahan Presiden Jokow tangani ekonomi/Repro

Politik

RR: Jangan Mimpi Ekonomi Pulih Dengan Model Kepemimpinan Jokowi

SENIN, 25 JANUARI 2021 | 22:27 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Ekonom senior Rizal Ramli mengurai kesalahan penanganan ekonomi di masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo.

Mengawali catatan kesalahan Jokowi yang disampaikan di kanal youtube UI Watch, Rizal Ramli menegaskan bahwa target ekonomi pulih hingga tumbuh angka 5,5 persen hanya angin surga semata.

Alasannya, sebelum masa pandemi virus corona baru (Covid-19) hanya 5.1 persen.


"Itu cuma angin sorga. Tahun ini tidak mungkin ekonomi Indonesia pulih sampai 5,5 persen. Kok bisa covid masih naik masih meningkat udah janjiin angin sorga 5,5 persen," demikian kata RR, dilansir dari UI Watch.

Menteri Ekuin era Presidn Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini mengatakan bahwa krisis saat ini jauh lebih berat jika dibandingkan saat tahun 1998.

Kala itu, dijelaskan pria yang karib disapa RR ini, masyarakat di luar jawa justru senang saat krisis karena saat rupiah anjlok menjadi Rp 15 ribu, para petani kopra, sawit dan cokelat langsung mendapatkan berkah.

Saat ini kondisinya berbeda, RR menjelaskan bahwa tidak ada lagi ekses kapasitas dibidang komoditi luar Jawa.

"Sehingga, ya kan kondisinya akan jauh lebih parah daripada tahun 98. Rupiah anjlok dari Rp 2.500 per dolar menjadi Rp 15 ribu. Jadi petani kopra, petani sawit, petani cokelat tiba-tiba jadi sangat kaya raya di luar Jawa," demikian analisa mantan Kepala Bulog itu.

Kesalahan berikut, di era Jokowi utang negara membengkak luar biasa. RR mencatat, selama 6 tahun pemerintahan Jokowi setiap tahunnya tanggungan utang selalu bertambah.

Imbasnya, untuk membayar bunga utang saja menyentuh di angka Rp 345 triliun.

"Selama 6 tahun itu, terjadi apa yang disebut sebagai primary balancenya negatif. Artinya neraca primer negatif.untuk bayar bunga misal tahun ini Rp 345 T bunganya doang itu harus minjam lagi ," demikian uraian RR.

RR menjelaskan bahwa untuk membayar utang pemerintah harus menyedot uang. Teknisnya, dengan menerbitkan surat Utang negara (SUN).

"SUN ini bunganya 2 persen lebih tinggi dari deposito dan dijamin 100 persen. Jadi di Bank yang dijamin hanya Rp 2 miliar per nasabah. Kalau di SUN berapa triliun aja dijamin," demikian analisa RR.

Akibat dari penerbitan SUN, jelas RR uang di masyarakat yang ada di Lembaga Keuangan seperti BANK dari orang kaya disedot ke SUN.

"Itulah yang menjadikan kenapa bulan September dan Oktober tahun lalu pertambahan kredit itu negatif 1 persen ya. Ini belum pernah terjadi sejak tahun 98. Bahasa sederhananya, uang yang beredar aja disedot, kok ngarepin ekonomi pulih," tambah RR.

Kesalahan keempat, RR menjelaskan bahwa selama pandemi Covid-19, tidak ada prioritas dalam kebijakan Jokowi.

Padahal harusnya, saat muncul pandemi-19, pemerintah menggelontorkan Rp 400 triliun untuk pencegahan, vaksin dan lainnya. Sejak awal dia RR juga telah menyarankan, ada alokasi anggaran Rp 400 triliun untuk memberi makan seluruh rakyat Indonesia.

Dia juga mengusulkan pemerintah, mengalokasikan dana Rp 200 triliun untuk meningkatkan produksi pangan.  

"Tidak ada fokus, tidak kreativitas, jangan mimpi ekonomi bisa pulih dengan kepemimpinan seperti ini. Tetap aja ada proyek bangun ini, proyek bangun itu," demikian penjelasan Mantan Menko Kemaritiman ini.

RR kemudian menyebutkan kesalahan terakhir dari Jokowi adalah tidak membaca peluang krisis sebagai ruang untuk membangun negara.

Dalam situasi krisis, RR meyakini kepemimpinan seseorang diuji. Ia mencontohkan beberapa pemimpin negara seperti Franklin Roosevelt dan Mahathir Muhammad.

"Ujian kepemimpinan justru pada waktu krisis, kelihatan siapa yang hebat siapa yang bagus, siapa yang memble. Pemimpin yang bisa membalikkan situasi krisis jadi opoturnity," pungkas Rizal Ramli.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya