Berita

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo/Net

Dunia

Sebelum Tinggalkan Gedung Putih Mike Pompeo Tetap Lantang Suarakan Kejahatan China Terhadap Uighur

RABU, 20 JANUARI 2021 | 08:50 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Beberapa jam jelang kepergiannya dari Gedung Putih, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo tetap konsisten mengatakan bahwa China telah melakukan genosida dan kejahatan kemanusiaan terhadap Muslim Uighur dan etnis minoritas di wilayah otonom Xinjiang.

Dalam pernyataannya yang dimuat di situs resmi Kementerian Luar Negeri AS, pada Selasa (19/1), Pompeo mengatakan bahwa AS telah mendokumentasikan tindakan China di Xinjiang sejak Maret 2017.

Disebutkan bahwa otoritas China telah meningkatkan kampanye penindasan mereka terhadap Uighur dan anggota kelompok etnis dan agama minoritas lainnya, termasuk etnis Kazakh dan etnis Kirgiz.
"Setelah memeriksa dengan cermat fakta-fakta yang ada, saya telah memutuskan bahwa setidaknya sejak Maret 2017, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), di bawah arahan dan kendali Partai Komunis Tiongkok (PKT), telah melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan terhadap sebagian besar Muslim Uighur dan anggota kelompok etnis dan agama minoritas lainnya di Xinjiang," ujar Pompeo, seperti dikutip dari Anadolu Agency, Rabu (20/1).

Kejahatan kemanusiaan yang disebut Pompeo itu termasuk pemenjaraan sewenang-wenang, perampasan kebebasan fisik, penyiksaan, kerja paksa, dan pembatasan kebebasan beragama.

"Saya yakin genosida ini sedang berlangsung, dan kami menyaksikan upaya sistematis untuk menghancurkan Uyghur oleh negara partai China," tambahnya.

Pompeo juga menuntut agar China segera membebaskan mereka yang ditahan dan menghentikan sistem interniran, kamp penahanan, tahanan rumah dan kerja paksa.

China harus mengakhiri langkah-langkah pengendalian populasi yang memaksa, aborsi paksa, dan pemindahan anak-anak dari keluarga mereka dan mengakhiri semua penyiksaan dan pelecehan di tempat-tempat penahanan, menurut Pompeo.

Wilayah Xinjiang adalah rumah bagi 10 juta orang Uighur. Kelompok Muslim Turki, yang membentuk sekitar 45 persen dari populasi Xinjiang, telah lama menuduh pihak berwenang melakukan diskriminasi budaya, agama dan ekonomi.

Lebih dari 1 juta orang, atau sekitar 7 persen dari populasi Muslim di Xinjiang, telah ditahan dalam jaringan kamp "pendidikan ulang politik" yang meluas, menurut pejabat AS dan pakar PBB.

Kamp-kamp tersebut telah dikaitkan dengan kerja paksa dan sterilisasi wajib.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

UPDATE

Pengukuhan Petugas Haji

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:04

Chili Siap Jadi Mitra Ekonomi Strategis Indonesia di Amerika Selatan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:02

Basri Baco: Sekolah Gratis Bisa Jadi Kado Indah Heru Budi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:42

Pemprov DKI Tak Ingin Polusi Udara Buruk 2023 Terulang

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:24

Catat, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 9-10 Mei

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:22

BMKG Prediksi Juni Puncak Musim Kemarau di Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:27

Patuhi Telegram Kabareskrim, Rio Reifan Tak akan Direhabilitasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:05

Airlangga dan Menteri Ekonomi Jepang Sepakat Jalankan 3 Proyek Prioritas Transisi Energi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:00

Zaki Tolak Bocorkan soal Koalisi Pilkada Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:35

Bertemu Wakil PM Belanda, Airlangga Bicara soal Kerja Sama Giant Sea Wall

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:22

Selengkapnya