Berita

Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo/Net

Politik

Narasi Populisme Jokowi Diubah Neo-Despotism, Elite Rezim Soeharto Kembali Berkuasa

SENIN, 18 JANUARI 2021 | 22:06 WIB | LAPORAN: DIKI TRIANTO

Ada perubahan narasi yang dibangun pemerintahan Presiden Joko Widodo yang kini memasuki periode kedua.

Pengamat politik dari Universitas Airlangga, Airlangga Pribadi Kusman mengatakan, pada awal pemerintahan Jokowi, ada upaya pembangunan narasi populisme dengan cara menekankan kepada publik bahwa masalah-masalah negara dapat diselesaikan dengan penguatan lembaga.

"Narasi populisme ini diartikulasikan dengan dimensi teknokratik, tercermin dalam Nawacita," kata Airlangga Pribadi dalam diskusi Forum 100 Ilmuwan Sosial Politik LP3ES bertajuk 'Despotisme Baru dan Kemunduran Demokrasi di Indonesia', Senin (18/1).

Namun demikian, narasi populisme tersebut mulai bergeser di periode kedua pemerintahan Presiden Joko Widodo yang kini didampingi Wakil Presiden KH Maruf Amin.

"Sejak akhir periode pertama, rezim tidak lagi mengartikulasikan dimensi-dimensi populisme, tetapi mulai menerapkan dimensi neo-despotism," tegasnya.

Merujuk tulisan John Keane, Airlangga menyebut neo-despotism didefinisikan sebagai dominasi dari negara untuk membatasi aktivitas warga negara di tengah tatanan politik demokrasi. Neo-despotism ini dilakukan melalui mekanisme politik elektoral, perawatan konstituen, dan proses konsultasi publik yang berkala.

"Indonesia hanya melewati euforia demokrasi yang singkat, setelah itu elite-elite yang diinkubasi selama rezim Soeharto mulai beradaptasi dengan kelembagaan yang baru dan dapat berkuasa," lanjut Airlangga.

Ujungnya, kata dia, hingga tahun 2017, ada ketegangan antara kelompok oligarki yang melakukan okupasi terhadap perubahan institusi.

"Dalam tiga tahun terakhir, hukum dimanfaatkan untuk melemahkan rule of law," tandasnya.

Populer

Ini Kronologi Perkelahian Anggota Brimob Vs TNI AL di Sorong

Minggu, 14 April 2024 | 21:59

Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Resmi Tersangka KPK

Selasa, 16 April 2024 | 07:08

Rusia Pakai Rudal Siluman Rahasia untuk Bombardir Infrastruktur Energi Ukraina

Jumat, 12 April 2024 | 16:58

Pemberontak Menang, Pasukan Junta Ngacir Keluar Perbatasan Myawaddy

Kamis, 11 April 2024 | 19:15

Megawati Peringatkan Bakal Terjadi Guncangan Politik Setelah Jokowi Jadi Malin Kundang

Kamis, 11 April 2024 | 18:23

Tim Kecil Dibentuk, Partai Negoro Bersiap Unjuk Gigi

Senin, 15 April 2024 | 18:59

Mau Perang Tapi Kere, Bagaimana?

Senin, 15 April 2024 | 12:34

UPDATE

TKN Bentuk Satgas Antisipasi Kehadiran Relawan dan Pendukung di MK

Jumat, 19 April 2024 | 23:32

Jawab Berbagai Tuduhan Miring, PT NDK Resmi Bubar Sesuai Hukum

Jumat, 19 April 2024 | 23:05

Gara-gara Peta Maroko, Kesebelasan Renaissance dari Berkane Dilarang Masuk Aljazair

Jumat, 19 April 2024 | 23:04

Bukan Farhan, Nasdem Ternyata Siapkan Sosok Ini untuk Pilwalkot Bandung

Jumat, 19 April 2024 | 22:49

Prabowo Minta Pendukung Tidak Turun Aksi saat Putusan MK

Jumat, 19 April 2024 | 22:34

Relawan Desak MK Buka Jalan Kemenangan Prabowo-Gibran

Jumat, 19 April 2024 | 22:05

Bertemu Menkeu Selandia Baru, Sri Mulyani Tukar Cerita Soal Kelola APBN

Jumat, 19 April 2024 | 21:58

Buntut Serangan ke Israel, AS Batasi Akses Teknologi Iran

Jumat, 19 April 2024 | 21:40

Viral Video Mesum Warga Binaan, Kadiv Pemasyarakatan Jateng: Itu Video Lama

Jumat, 19 April 2024 | 21:35

Ajukan Peninjauan Kembali, PT BMI Bawa 7 Bukti Baru

Jumat, 19 April 2024 | 21:33

Selengkapnya