Berita

Petugas kesehatan menerima vaksin Covid-19 yang diproduksi oleh Serum Institute of India, di Pusat Kesehatan Komunitas Mathalput di distrik Koraput, Odisha, India, pada Sabtu 16 Januari 2021/Net

Dunia

Aplikasi Error, Vaksinasi Covid-19 Di India Alami Kendala

SENIN, 18 JANUARI 2021 | 06:40 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Gangguan yang menyerang aplikasi Co-Win tepat di hari pertama vaksinasi di India, Sabtu (16/1) membuat jadwal penyuntikan mengalami kendala. Alhasil, vaksinasi yang semula digadang-gadang sebagai program vaksinasi terbesar di dunia menurut PM Narendra Modi, mengalami penundaan.  

India bertujuan untuk memvaksinasi lebih dari 300 ribu orang pada hari Sabtu, tetapi hanya 191.181 orang yang berhasil diinokulasi pada hari pertama itu, seperti dilaporkan Reuters, Minggu (17/1).

Salah satunya di Provinsi Maharashtra, hanya ada 18 ribu orang yang divaksin dari target yang seharusnya 28 ribu orang, karena gangguan pada aplikasi, menurut pejabat senior departemen kesehatan di wilayah itu.

Banyak petugas kesehatan, yang semestinya  menerima vaksin pada hari Sabtu, ternyata tidak mendapatkan pesan melalui aplikasi Co-Win.  Masalah tersebut belum bisa terselesaikan bahkan hingga Minggu (17/1).

Co-Win, yang dikembangkan oleh pemerintah, diharapkan membantu dengan memberi tahu petugas kesehatan yang berada di baris pertama untuk mendapatkan suntikan. Aplikasi itu juga untuk memantau dan mengelola perjalanan vaksinansi.
Hal yang sama juga terjadi di negara bagian timur Odisha. Para pejabat mengatakan mereka terpaksa menggunakan hasil cetak karena ada masalah dengan aplikasi.

“Kami juga mengikuti rencana B kami dan menghubungi orang untuk divaksinasi langsung secara offline,” kata Bijay Kumar Mohapatra, Direktur Layanan Kesehatan, Odisha, kepada Reuters.

India saat ini menggunakan vaksin buatan Universitas Oxford/AstraZeneca Inggris, yang juga diproduksi di India, dan vaksin yang didukung pemerintah yang dikembangkan oleh Bharat Biotech India.

Namun, persetujuan Covaxin buatan Bharat Biotech telah dikritik oleh para ahli kesehatan dan anggota parlemen oposisi karena kurangnya data kemanjuran.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Lanal Banten dan Stakeholder Berjibaku Padamkan Api di Kapal MT. Gebang

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:55

Indonesia Tetapkan 5,5 Juta Hektare Kawasan Konservasi untuk Habitat Penyu

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:41

Kepercayaan Global Terus Meningkat pada Dunia Pelayaran Indonesia

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:27

TNI AU Distribusikan Bantuan Korban Banjir di Sulsel Pakai Helikopter

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:05

Taruna Jadi Korban Kekerasan, Alumni Minta Ketua STIP Mundur

Minggu, 05 Mei 2024 | 18:42

Gerindra Minta Jangan Adu Domba Relawan dan TKN

Minggu, 05 Mei 2024 | 18:19

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Jadi Lokasi Mesum, Satpol PP Bangun Posko Keamanan di RTH Tubagus Angke

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:24

Perbenihan Nasional Ikan Nila Diperluas untuk Datangkan Cuan

Minggu, 05 Mei 2024 | 16:59

Komandan KRI Diponegoro-365 Sowan ke Pimpinan AL Cyprus

Minggu, 05 Mei 2024 | 16:52

Selengkapnya