Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Analis Tiongkok: Tindakan AS Terhadap Xiaomi Adalah Bentuk 'Kegilaan' Terakhir Donald Trump

SABTU, 16 JANUARI 2021 | 06:46 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Sejumlah analis China angkat bicara soal keputusan terbaru pemerintah AS terhadap beberapa perusahaan teknologi negara komunis tersebut. Para ahli bahkan mengatakan, perintah ini sebagai ‘kegilaan terakhir’ dari pemerintahan Donald Trump yang akan segera berakhir.

Departemen Pertahanan Amerika Serikat (DOD) pada Kamis (14/1) waktu setempat kembali mengklasifikasikan sembilan perusahaan China ke dalam daftar  perusahaan yang dituding dimiliki atau dikendalikan oleh militer, termasuk perusahaan yang banyak bergerak di bidang teknologi telekomunikasi,  Xiaomi.

Menurut DOD, perusahaan yang masuk bidikan mereka, telah mendukung tujuan modernisasi Tentara Pembebasan Rakyat dengan memastikan aksesnya ke teknologi yang lebih canggih.


Selain Xiaomi, perusahaan di sektor penerbangan seperti Commercial Aircraft Corporation of China (COMAC) dan China National Aviation Holding Co juga tak luput dari sasaran Trump.

Kementerian Perdagangan China pada Jumat (15/1) mengatakan keputusan tersebut tidak memiliki dasar hukum, melanggar aturan dasar ekonomi pasar, dan mengganggu pasar keuangan internasional.

Hu Qimu, kepala peneliti di Institut Riset Ekonomi Sinosteel, memandang bahwa pemerintahan Trump tengah berupaya meninggalkan warisannya untuk menunjukkan ketangguhan mereka terhadap China.

“Secara umum, taktik lanjutan pemerintahan Trump terhadap perusahaan China pada saat transisi kekuasaan ini, ditujukan untuk menandakan warisannya di dalam dan luar negeri, agar terlihat 'tangguh' dalam menghadapi China, terutama saat Trump menghadapi pemakzulan kedua," kata Hu, seperti dikutip dari Global Times, Jumat (15/1).

Hu mencatat, berdasarkan sejarah friksi perdagangan baru-baru ini antara China dan AS, tidak masalah apakah dugaan keterlibatan militer perusahaan tersebut terbukti atau tidak; yang terpenting adalah China ditindas dan pengaruh politik diperoleh.

Wang Peng, asisten profesor di Gaoling School of Artificial Intelligence di Renmin University of China, mengatakan, pemerintahan baru AS harus berharap untuk memiliki hubungan perdagangan yang lebih mudah dengan China untuk membedakan dirinya dari Trump. Namun, pada saat yang sama, perusahaan China harus memastikan mereka bersiap untuk segala jenis kemungkinan tindakan keras.

Alih-alih terpuruk akibat tindakan AS itu, para analis justru menyerukan kerja sama segera di antara perusahaan telepon seluler dan teknologi China untuk mengembangkan teknologi inti di tengah penindasan AS.

“ZTE, Huawei dan Xiaomi telah menjadi saingan yang 'mengancam' AS. Sudah waktunya perusahaan China bekerja sama untuk membentuk kembali rantai industri di China dan menciptakan rantai pasokan yang sepenuhnya domestik," kata seorang analis telekomunikasi yang berbasis di Beijing.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Demokrat: Tidak Benar SBY Terlibat Isu Ijazah Palsu Jokowi

Rabu, 31 Desember 2025 | 22:08

Hidayat Humaid Daftar Caketum KONI DKI Setelah Kantongi 85 Persen Dukungan

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:57

Redesain Otonomi Daerah Perlu Dilakukan untuk Indonesia Maju

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:55

Zelensky Berharap Rencana Perdamaian Bisa Rampung Bulan Depan

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:46

Demokrasi di Titik Nadir, Logika "Grosir" Pilkada

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:37

Demokrat: Mari Fokus Bantu Korban Bencana, Setop Pengalihan Isu!

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:35

Setoran Pajak Jeblok, Purbaya Singgung Perlambatan Ekonomi Era Sri Mulyani

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:14

Pencabutan Subsidi Mobil Listrik Dinilai Rugikan Konsumen

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:02

DPRD Pastikan Pemerintahan Kota Bogor Berjalan

Rabu, 31 Desember 2025 | 20:53

Refleksi Tahun 2025, DPR: Kita Harus Jaga Lingkungan!

Rabu, 31 Desember 2025 | 20:50

Selengkapnya