Berita

Ilustrasi/Net

Publika

Dunia, Kita Dan Virus Setelah Vaksin

RABU, 13 JANUARI 2021 | 17:18 WIB | OLEH: YUDHI HERTANTO

TERSENYUM. Meski menggunakan masker, kita masih bisa meilihat ekspresi mimik muka para tokoh yang mengawali vaksinasi perdana Covid-19 yang disiarkan secara live di layar kaca itu mengembangkan senyum simpul di balik masker.

Secara semiotika, kita memahami tanda mewakili sesuatu yang lain. Simbolisasi permulaan program vaksinasi nasional itu sekaligus menjadi babak baru era pandemi.

Sesuai dengan anatomi periode krisis, keberadaan vaksin diharapkan menjadi titik bagi periode akhir dalam mencapai resolusi, menuntaskan persoalan penularan wabah yang membekap kehidupan kita. Virus yang merupakan entitas mikroskopik, menjadi momok mengerikan bagi umat manusia. Makhluk yang tidak kasat mata dan lemah ini membutuhkan inang untuk hidup dan meriplikasi diri.

Bila Anda sempat menonton di Netflix, Coronavirus, Explained, 2020, maka pilihan hidup bagi virus mengandaikan dua hal, (i) inang kuat dan virus mati, atau (ii) inang mati dan virus bereplikasi. Hanya terdapat pilihan biner, manusia sebagai inang atau virus yang mencapai titik ajal.

Sebagai makhluk sederhana, virus terus beradaptasi dengan lingkungan baru, untuk tetap memastikan eksistensinya.

Pada akhirnya, virus mengubah peradaban manusia. Keberadaan virus dan kuman, merupakan konsekuensi modernitas. Kehidupan yang membentuk diri dalam komunitas besar, dengan pembukaan lahan, hingga peternakan, mendesak kehidupan ekosistem dalam keseimbangan baru.

Loncatan virus melalui infeksi zoonosis dari hewan ke manusia terjadi sebagai konsekuensi ruang hidup berdampingan. Ruang spatial yang semakin menyempit antara manusia dan hewan, sebagai dampak dari laju pembangunan membuat kita akan semakin akrab dengan berbagai virus dan kuman baru.

Dalam ilmu komunikasi, terdapat teori proksemik yang didefinisikan sebagai ruang jarak interaksi dan tingkat intensitas relasi antar organisme. Bertumpuknya jarak antar ruang hidup, mengakibatkan semakin intim pula kita akan berinteraksi dengan mikroorganisme baru.

Perspektif ruang hidup ini sesungguhnya juga kerap menjadi dasar ekspansi dan dominasi. Frasa lebensraum -habitat pernah menjadi dasar dari pijakan kebijakan perang dunia kedua. Pemerintahan Nazi menggunakan prinsip lebensraum sebagai motivasi dan inisiatif untuk memberikan keluasan ruang tambahan bagi pertumbuhan bangsa Jerman secara sepihak atas dunia. Begitu pula virus bekerja.

Kuasa Pengetahuan

Salah satu ciri khas yang ada pada homo sapiens selaku manusia modern adalah kemampuannya untuk berpikir dan timbulnya ilmu pengetahuan. Perkembangan teknologi menjadi cara bagi manusia saat ini untuk bisa beradaptasi dengan perubahan. Dalam konsep Foucault, pengetahuan adalah kekuasaan dan begitu juga sebaliknya secara dinamis -power knowledge. Vaksin adalah implikasi ilmiah counter virus.

Dalam film dokumenter Netflix, Human Nature, 2020 kita mengetahui ilmu pengetahuan telah bergerak ke ranah genetika. Termasuk upaya untuk mengatasi persoalan kelemahan medis manusia, dan mengantisipasi virus. Tetapi pengetahuan pula yang membawa manusia pada suatu medan kemanusiaan baru, yakni rekayasa genetika menumbuhkan imajinasi manusia unggul -superhuman.

Jika menggunakan pendekatan James Canton dalam The Extreme Future, 2009, sebuah buku lawas yang memproyeksikan masa depan, maka catatan menariknya menyebut bila manusia sesungguhnya adalah teks yang paling rumit dipahami dibandingkan fungsi mesin dan algoritma komputasi. Manusia berada dalam ambigu serta anomali terbesarnya, yakni ketakutan dan kepercayaan diri secara sekaligus.

Pertumbuhan dan pembangunan yang menjadi motor modernisasi berhadapan dengan wabah dan penularan sebagai implikasi logisnya. Kecepatan pergerakan manusia, menjadi persoalan bagi dirinya sendiri. Tetapi life must go on, manusia terus mencari sumber-sumber baru untuk meneruskan eksistensi kehidupan dengan segala konsekuensi yang dihadapinya.

Semiotika senyum pasca vaksinasi adalah pertanda optimisme untuk keluar dari pandemi. Meski secara sadar, kita memang akan terus menerus berhadapan dengan potensi penularan wabah yang berulang di masa depan.

Melalui vaksinasi, kita tidak sedang berhenti di titik akhir, tetapi sedang berada di titik awal sebuah keseimbangan yang baru. Termasuk bertarung atas informasi palsu -hoax di sekitarnya.

Medan baru pasca vaksinasi perdana harus mampu menghadirkan rasa kemanusiaan sebagai etik dan moralitas yang baru, dalam memandang betapa berharganya eksistensi manusia.

Yudhi Hertanto
Penulis Tengah Menempuh Program Doktoral Ilmu Komunikasi Universitas Sahid

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Prabowo-Gibran Perlu Buat Kabinet Zaken

Jumat, 03 Mei 2024 | 18:00

Dahnil Jamin Pemerintahan Prabowo Jaga Kebebasan Pers

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:57

Dibantu China, Pakistan Sukses Luncurkan Misi Bulan Pertama

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:46

Prajurit Marinir Bersama Warga di Sebatik Gotong Royong Renovasi Gereja

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:36

Sakit Hati Usai Berkencan Jadi Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Pemerintah: Internet Garapan Elon Musk Menjangkau Titik Buta

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Bamsoet Minta Pemerintah Transparan Soal Vaksin AstraZeneca

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:16

DPR Imbau Masyarakat Tak Tergiur Investasi Bunga Besar

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:06

Hakim MK Singgung Kekalahan Timnas U-23 dalam Sidang Sengketa Pileg

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:53

Polisi Tangkap 2.100 Demonstran Pro-Palestina di Kampus-kampus AS

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:19

Selengkapnya