Berita

Penyerbuan Capitol Hill oleh massa pendukung Donald Trump ada Rabu 6 Januari 2021/Net

Dunia

Penyerbuan Capitol Hill, Pengamat China : Ada Ekstrimis Di Kedua Partai Yang Ciptakan Perpecahan Sosial Politik

JUMAT, 08 JANUARI 2021 | 06:51 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Sejumlah pengamat China mengatakan bahwa penyerbuan dan adegan kekerasan yang terjadi di Capitol Hill akan membekas. Menorehkan sejarah yang bisa saja akan diikuti oleh pihak yang kalah yang kalah akan meniru ulah Trump.

Pengamat senior AS juga menyebut insiden tersebut sebagai 'tragedi simbolis', dan itu akan membawa AS ke dalam divisi sosial dan politik yang lebih gelap dan lebih drastis, serta merusak hukum dan aturan negara. Yang dibutuhkan AS adalah reformasi sosial yang menyeluruh, kata mereka.

Pada akhirnya kerusuhan bisa diatasi. Anggota parlemen yang sempat dievakuasi demi keamanannya kembali melanjutkan penghitungan suara Electoral College yang akhirnya meratifikasi kemenangan Biden pada hari Kamis (7/1) waktu setempat.


Trump pun telah mengumumkan bahwa akan ada 'transisi yang tertib pada 20 Januari, menurut pernyataan yang diposting oleh asisten Gedung Putih Dan Scavino di Twitter pada hari Kamis, seperti dikutip dari Global Times, Jumat (8/1).

Itu berarti menandakan bahwa pada akhirnya Trump telah menerima kekalahannya.

Namun, Li Haidong, profesor di Institut Hubungan Internasional Universitas Urusan Luar Negeri China, berpandangan bahwa peristiwa kerusuhan itu bisa menyeret Donald Trump ke penjara.

“Hasutan Trump terhadap para perusuh, yang menempatkan kepentingan pribadinya di atas kepentingan publik, dapat membuatnya menjalani hukuman penjara,” kata Li.

Sun Taiyi, asisten profesor ilmu politik di Christopher Newport University, mengatakan bahwa sistem AS yang tangguh selalu diyakini mampu menjamin keseimbangan kekuatan bahkan jika presiden yang buruk mengambil alih kekuasaan.

Namun penyerbuan di Capitol mengubah keyakinan tersebut, kata Sun, menjelaskan bahwa sistem AS sangat bergantung pada norma-norma yang diterima secara luas. Misalnya, pihak yang kalah dalam pemilu mengakui hasil dan menyerahkan kekuasaan secara damai, dan protes harus tanpa kekerasan.

“Dampak Trump dan pendukungnya akan berlangsung lama. Mungkin yang kalah akan meniru Trump,” kata Sun.

“Kotak Pandora telah dibuka. Mungkin Trump percaya bahwa dia adalah seorang jenderal yang memimpin tren, tetapi pada akhirnya dia akan mengetahui bahwa dia juga hanyalah bidak catur,” lanjutnya.

Sementara Li percaya bahwa politisi AS harus merefleksikan keadaan negara mereka saat ini: Mengapa seorang politisi yang hanya berfokus pada dirinya sendiri, seperti Trump, telah naik ke tampuk kekuasaan.

“Dan Trump bukan satu-satunya. Dia mewakili kelas dan kelompok di AS,” kata Li.

Li bahkan mengatakan insiden itu akan menyabotase rasa hukum dan ketertiban AS dalam jangka panjang, dan akan menunjukkan bahwa Hukum dan ketertiban hanyalah alat bagi beberapa politisi untuk memperkuat kekuasaan mereka.

“Akan sulit bagi AS untuk mempertahankan reputasinya sebagai 'Kota di Atas Bukit', dan citra internasionalnya akan rusak parah,” kata Li.

Zhang Tengjun, asisten peneliti di Institut Kajian Internasional China mengatakan perpecahan sosial dan politik akan terus berlanjut bahkan jika Biden menjabat, karena insiden tersebut telah memicu konfrontasi antara kedua pihak. Selain itu,  ada ekstremis di kedua partai yang keberadaannya akan selalu menjadi faktor yang membahayakan stabilitas dan persatuan AS.

Sebuah survei yang dilakukan oleh YouGov,  menunjukkan bahwa 21 persen dari 1.397 pemilih terdaftar mengatakan mereka mendukung serangan di Capitol.

Mereka yang yakin bahwa penipuan pemilih telah terjadi dan memengaruhi hasil pemilu kemungkinan besar akan merasa bahwa peristiwa di Capitol adalah sesuatu yang benar, yaitu sebesar 56 persen.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kades Diminta Tetap Tenang Sikapi Penyesuaian Dana Desa

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:10

Demokrat Bongkar Operasi Fitnah SBY Tentang Isu Ijazah Palsu Jokowi

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:08

KPK Dalami Dugaan Pemerasan dan Penyalahgunaan Anggaran Mantan Kajari HSU

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:01

INDEF: MBG sebuah Revolusi Haluan Ekonomi dari Infrastruktur ke Manusia

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:48

Pesan Tahun Baru Kanselir Friedrich Merz: Jerman Siap Bangkit Hadapi Perang dan Krisis Global

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:40

Prabowo Dijadwalkan Kunjungi Aceh Tamiang 1 Januari 2026

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:38

Emas Antam Mandek di Akhir Tahun, Termurah Rp1,3 Juta

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:26

Harga Minyak Datar saat Tensi Timteng Naik

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:21

Keuangan Solid, Rukun Raharja (RAJA) Putuskan Bagi Dividen Rp105,68 Miliar

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:16

Wacana Pilkada Lewat DPRD Salah Sasaran dan Ancam Hak Rakyat

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:02

Selengkapnya