Berita

Ilustrasi/Net

Politik

Tahu Tempe Langka, Politikus PKS: Ke Mana Kemendag?

SELASA, 05 JANUARI 2021 | 10:23 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Kementerian Perdagangan (Kemendag) harus mampu meredam keresahan di masyarakat terkait menghilangnya tahu dan tempe di lapak pedagang dalam beberapa hari terakhir.

Sebab, kondisi ini dikhawatirkan meluas ke berbagai daerah hingga berimbas mogok produksi di kalangan perajin.

Demikian ditegaskan anggota Komisi VI DPR RI, Rafli, dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (5/1).

“Kementerian Perdagangan (Kemendag) harus mampu mengatasi hal ini. Ini ke mana Kemendag? Jangan dianggap remeh-temeh persoalan ini," tanya Rafli.

"Keluhan dari perajin kedelai harus disikapi dengan langkah-langkah cepat. Konsumen sudah gelisah," imbuhnya.

Politikus PKS itu menegaskan, sejak komoditas berbahan baku kacang kedelai itu hilang dari pasaran, banyak pedagang beralih menjual kentang goreng dan sayuran.

“Masyarakat tentu berharap, produsen kembali memasok tahu dan tempe sebab penggemar makanan tersebut cukup tinggi. Namanya orang Indonesia kan favoritnya tahu tempe,” bebernya.

Rafli pun berpesan kepada produsen agar harga tahu tempe bisa stabil, namun kalaupun harus naik harganya tetap wajar dan bisa terjangkau.

Dari laporan yang diterima Rafli, terhitung mulai 1 hingga 3 Januari 2021, sejumlah perajin tahu dan tempe setop produksi. Ada sekitar 5.000 pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) yang memproduksi tahu dan tempe, sepakat untuk mogok produksi.

“Jika setiap harinya produsen memasok kebutuhan tahu dan tempe di Jakarta sebanyak 500 hingga 600 ton lalu menghilang, bagaimana dengan daerah lain? Kemendag jangan diam saja, harus ada langkah dan inisiatif cepat,” tandasnya.

Ribuan pengusaha tahu dan tempe yang tergabung dalam wadah Sedulur Pengrajin Tahu Indonesia (SPTI), Industri Kecil Menengah (IKM), Sahabat Pengrajin Tempe (SPT) dan Koperasi Pengusaha Tahu Tempe Indonesia (Kopti), akan melakukan mogok produksi.

Menurut Sekjen SPTI Tangerang, Winaroh, harga kedelai saat ini berkisar Rp 9.000-Rp 10.000 per kilogram. Harga ini mengalami kenaikan sejak dua bulan lalu dari harga Rp 7.000-Rp 8.500 per kilogram.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Eko Darmanto Bakal Didakwa Terima Gratifikasi dan TPPU Rp37,7 M

Senin, 06 Mei 2024 | 16:06

Fahri Hamzah: Akademisi Mau Terjun Politik Harus Ganti Baju Dulu

Senin, 06 Mei 2024 | 15:56

Pileg di Intan Jaya Molor Karena Ulah OPM

Senin, 06 Mei 2024 | 15:56

Gaduh Investasi Bodong, Pengamat: Jangan Cuma Nasabah, Bank Juga Perlu Perlindungan

Senin, 06 Mei 2024 | 15:46

Tertinggi dalam Lima Tahun, Ekonomi RI di Kuartal I 2024 Tumbuh 5,11 Persen

Senin, 06 Mei 2024 | 15:46

Parnas Tak Punya Keberanian Usung Kader Internal jadi Cagub/Cawagub Aceh

Senin, 06 Mei 2024 | 15:45

PDIP Buka Pendaftaran Cagub-Cawagub Jakarta 8 Mei 2024

Senin, 06 Mei 2024 | 15:35

Dirut Pertamina: Kita Harus Gerak Bersama

Senin, 06 Mei 2024 | 15:35

Banyak Pelanggan Masih Pakai Ponsel Jadul, Telstra Tunda Penutupan Jaringan 3G di Australia

Senin, 06 Mei 2024 | 15:31

Maju sebagai Cagub Jateng, Sudaryono Dapat Perintah Khusus Prabowo

Senin, 06 Mei 2024 | 15:24

Selengkapnya