Presiden AS Donald Trump/Net
Amerika Serikat telah mengakui kedaulatan Maroko atas wilayah Sahara Barat, di mana terdapat sengketa teritorial selama puluhan tahun antara Maroko dan Front Polisario yang didukung Aljazair.
Dalam rilis yang dikeluarkan kementerian luar negeri Maroko, dikatakan bahwa Presiden Donald Trump melakukan percakapan telepon pada Kamis (10/12) dengan Raja Mohammed VI dari Maroko. Trump mengumumkan keputusan tersebut, di mana itu berarti Amerika menjadi negara yang pertama mengakui kedaulatan penuh Kerajaan Maroko atas seluruh wilayah Sahara Maroko.
Dan dengan demikian, lanjut pernyataan kementrian, ini adalah ekspresi konkret pertama dari inisiatif kedaulatan yang sangat penting. Apalagi Trump mengatakan bahwa pengakuan itu diberikan karena Maroko adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan AS pada 1777. Dan Rencana Otonomi Maroko adalah satu-satunya solusi untuk sengketa wilayah.
Amerika juga telah memutuskan untuk membuka konsulat jenderal di Kota Dakhla, yang semakin memperkuat pengakuannya atas wilayah Sahara Barat sebagai wilayah Maroko. Kementerian dalam pernyataannya mengatakan ini akan mendorong investasi dan kontribusi AS pada pembangunan ekonomi dan sosial, terutama untuk kepentingan penduduk di provinsi selatan.
Atas keputusan penting Trump, Raja Maroko pun menyampaikan terima kasih yang dalam kepada Amerika Serikat atas posisi bersejarah itu yang dipandang sebagai dukungan untuk memperkuat kedaulatannya.
Mohammed VI menekankan bahwa meskipun tidak ada kesempatan untuk bertemu langsung dengan Trump, konsultasi dan koordinasi terus berlanjut, terutama sejak kunjungan Penasihat Khusus Jared Kushner, pada Mei 2018.
Selama pembicaraan ini, Mohammed VI dan Trump bertukar pandangan tentang situasi terkini di kawasan Timur Tengah.
Maroko mendukung solusi perdamaian antara Israel dan Palestina sebagai dua negara yang hidup berdampingan. Negosiasi antara Palestina dan pihak Israel tetap menjadi satu-satunya cara untuk mencapai penyelesaian akhir, abadi dan komprehensif dari konflik ini, menurut Mohammed VI.
Maroko menyetujui untuk meluncurkan jalur diplomatiknya dengan Israel. Mengingat peran bersejarah yang selalu dimainkan Maroko dalam mendekatkan orang-orang di kawasan itu.
Mohammed VI kemudian menguraikan poin yang akan dilakukannya, di antaranya adalah memberikan otorisasi untuk penerbangan langsung bagi pengangkutan anggota komunitas Yahudi Maroko dan wisatawan Israel ke dan dari Maroko.
Kemudian melanjutkan kontak resmi dengan rekan kerja dan hubungan diplomatik sesegera mungkin, lalu mempromosikan hubungan inovatif di bidang ekonomi dan teknologi, termasuk bekerja untuk membuka kembali kantor penghubung di kedua negara, seperti yang terjadi sebelumnya dan selama beberapa tahun hingga tahun 2002.
Terkait hal ini, Yang Mulia Raja menyampaikan harapan bahwa perkembangan positif yang tercatat sejauh ini akan mengarah pada pencapaian rekonsiliasi yang diinginkan.