Berita

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan/Net

Dunia

Istanbul-Paris Tegang Lagi, Erdogan Minta Rakyat Prancis Segera Singkirkan Emmanuel Macron

SABTU, 05 DESEMBER 2020 | 09:16 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melancarkan serangan pribadi terhadap Presiden Prancis Emmanuel Macron di tengah memanasnya hubungan kedua negara atas beberapa masalah.

Erdogan menggambarkan Macron sebagai "beban" bagi negaranya dan mengklaim Prancis berada dalam periode yang "gawat dan berahaya".

Erdogan Bahkan mengatakan dia berharap Prancis segera "menyingkirkan" timpalannya itu secepat mungkin.

Kecaman itu muncul setelah berbulan-bulan perselisihan antara kedua negara mengenai Suriah, mediterania, kebebasan berbicara yang menyeret Islamofobia, dan yang terbaru tentang konflik di wilayah Nagorno-Karabkah.

"Macron adalah beban bagi Prancis. Macron dan Prancis sebenarnya sedang mengalami periode yang sangat berbahaya," ujar pria berusia 66 tahun itu kepada wartawan setelah salat Jumat di Istanbul, seperti dikutip dari AFP, Jumat (4/12).

"Harapan saya adalah Prancis menyingkirkan masalah Macron secepat mungkin," kata Erdogan.

Kedua negara saling bersilang pendapat tentang konflik Nagorno-Karabakh, dan keduanya memberi dukungan yang berlawanan dalam perang antara Armenia dan Azerbaijan atas wilayah sengketa di Karabah Atas (Artsakh).

Nagorno-Karabakh diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi selama ini berada dalam kendali Armenia.

Ankara memiliki pakta militer utama dengan sekutu dekatnya Azerbaijan, sementara Paris telah memihak Armenia dan menyerukan agar wilayah yang tidak memiliki kedaulatan itu diakui sebagai republik, Republik Artsakh.

Macron sebelumnya mengklaim Turki telah mengirimkan tentara bayaran Suriah dari kelompok jihadis melakukan perjalanan melalui Kota Gaziantep di Turki untuk bergabung dalam pertempuran di Nagorno-Karabakh.

Erdogan menegaskan agar Macron tidak ikut campur lagi terhadap persoalan di wilayah itu dan menyatakan statusnya sebagai mediator di kawasan itu sudah tidak berlaku.

Erdogan mengatakan, jika  Prancis tidak menyingkirkan Macron, maka mereka tidak akan bisa melepaskan rompi kuning, mengacu pada gerakan protes yang dimulai di Prancis pada 2018.

“Rompi kuning nantinya bisa berubah menjadi rompi merah,” kata Erdogan.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Samsudin Pembuat Konten Tukar Pasangan Segera Disidang

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:57

Tutup Penjaringan Cakada Lamteng, PAN Dapatkan 4 Nama

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:45

Gerindra Aceh Optimistis Menangkan Pilkada 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:18

Peringatan Hari Buruh Cuma Euforia Tanpa Refleksi

Kamis, 02 Mei 2024 | 00:55

May Day di Jatim Berjalan Aman dan Kondusif, Kapolda: Alhamdulillah

Kamis, 02 Mei 2024 | 00:15

Cak Imin Sebut Negara Bisa Kolaps Kalau Tak Ada Perubahan Skenario Kerja

Rabu, 01 Mei 2024 | 23:39

Kuliah Tamu di LSE, Airlangga: Kami On Track Menuju Indonesia Emas 2045

Rabu, 01 Mei 2024 | 23:16

TKN Fanta Minta Prabowo-Gibran Tetap Gandeng Generasi Muda

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:41

Ratusan Pelaku UMKM Diajari Akselerasi Pasar Wirausaha

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:36

Pilgub Jakarta Bisa Bikin PDIP Pusing

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:22

Selengkapnya