Berita

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Hua Chunying/Net

Dunia

Jubir Kemenlu China Serang Balik PM Scott Morrison: Seharusnya Australia Merasa Malu Dan Renungi Kesalahannya

SELASA, 01 DESEMBER 2020 | 07:13 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

China menolak tegas permintaan Perdana Menteri Australia untuk meminta maaf atas cuitan Jubir China Zhao Lijian, yang dianggap menyinggung perasaan Australia.

Alih-alih meminta maaf, China melalui Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Hua Chunying justru mengatakan pemerintah Australia seharusnya merasa malu atas kejahatan yang dilakukan oleh tentaranya di Afghanistan.

“Kejahatan keji yang dilakukan oleh Australia telah dikecam keras oleh komunitas internasional,” kata Hua, seperti dikutip dari Global Times, Senin (30/11).

Pernyataan Hua datang setelah Morrison pada Senin (30/11) pagi waktu setempat, menuntut permintaan maaf dari China atas tweet  Zhao Lijian.

Zhao men-tweet ilustrasi satir yang menampilkan foto seorang tentara Australia membunuh seorang anak dalam pangkuan.

“Terkejut dengan pembunuhan warga sipil & tahanan Afghanistan oleh tentara Australia. Kami sangat mengutuk tindakan seperti itu, & menyerukan agar mereka bertanggung jawab,” cuit Zhao.

Morrison yang merasa tak terima kemudian menanggapi dengan mengklaim bahwa gambar itu palsu dan China seharusnya merasa malu karena postingan tersebut.

Tidak terima disebut palsu, Hua pun membalas.

“Bukankah pemerintah Australia yang mengirim tentara ke Afghanistan? Bukankah seharusnya tentara Australia yang merasa malu karena benar telah melakukan kejahatan yang begitu kejam? Bukankah mereka seharusnya merasa malu karena tentara mereka membunuh warga sipil Afghanistan yang tidak bersalah?” tanya Hua.
Hua mengatakan pemerintah Australia seharusnya merenung secara mendalam, membawa para pembunuh ke pengadilan, meminta maaf kepada rakyat Afghanistan, dan berjanji kepada komunitas internasional bahwa mereka tidak akan pernah melakukan kejahatan yang begitu mengerikan lagi.

Hua juga menepis rumor yang diangkat oleh seorang jurnalis asing pada konferensi pers bahwa kritik China terhadap pembunuhan Australia di Afghanistan terkait dengan ketegangan bilateral saat ini. Ia mengatakan bahwa kejahatan yang dilakukan oleh tentara Australia memicu kemarahan tidak hanya di China tetapi juga di komunitas internasional lainnya.

“Kejahatan serius semacam itu tidak manusiawi, dan harus dikutuk oleh semua orang dengan hati nurani,” kata Hua, seraya mencatat bahwa masalah antara China dan Australia tidak ada kaitannya dengan ketegangan bilateral.

Hua mengakui bahwa ada beberapa masalah antara China dan Australia baru-baru ini. Namun, akar penyebabnya adalah Australia telah melanggar norma-norma dasar yang mengatur hubungan internasional. Australia juga telah mengeluarkan kata-kata dan perbuatan yang salah tentang masalah-masalah terkait Hong Kong dan Xinjiang China, yang merupakan kepentingan inti China.

“China telah berulang kali menyatakan sikapnya yang serius dan jelas tentang hal ini,” ulang Hua.

Hua kemudian mendesak Australia untuk merefleksikan dirinya sendiri, mengenali kemungkinan perbedaan antara kedua negara atas dasar saling menghormati.

Seorang jurnalis dari BBC menyatakan bahwa China ikut campur dalam urusan dalam negeri negara lain. Pembunuhan yang melibatkan tentara Australia dan Afghanistan itu disebut tidak secara langsung berkaitan dengan China.

Menanggapi hal itu, Hua mengatakan masalah tersebut bukan lagi urusan internal negara mana pun, melainkan sudah menjadi masalah internasional.

Kejahatan serius yang dilakukan oleh tentara Australia di Afghanistan telah dilaporkan oleh media Australia dan dikonfirmasi dalam laporan investigasi oleh Departemen Pertahanan Australia.

Angus Campbell, Kepala Angkatan Pertahanan Australia, telah mengadakan konferensi pers untuk menguraikan isi laporan tersebut, yang mengungkapkan rincian kekejaman yang mengejutkan.

Populer

Rocky Gerung Ucapkan Terima Kasih kepada Jokowi

Minggu, 19 Mei 2024 | 03:46

Dulu Berjaya Kini Terancam Bangkrut, Saham Taxi Hanya Rp2 Perak

Sabtu, 18 Mei 2024 | 08:05

Bikin Resah Nasabah BTN, Komnas Indonesia Minta Polisi Tangkap Dicky Yohanes

Selasa, 14 Mei 2024 | 01:35

Massa Geruduk Kantor Sri Mulyani Tuntut Pencopotan Askolani

Kamis, 16 Mei 2024 | 02:54

Ratusan Tawon Serang Pasukan Israel di Gaza Selatan

Sabtu, 11 Mei 2024 | 18:05

Siapa Penantang Anies-Igo Ilham di Pilgub Jakarta?

Minggu, 12 Mei 2024 | 07:02

Aroma PPP Lolos Senayan Lewat Sengketa Hasil Pileg di MK Makin Kuat

Kamis, 16 Mei 2024 | 14:29

UPDATE

Sri Mulyani Serahkan Kenaikan PPN 12 Persen ke Pemerintahan Prabowo

Senin, 20 Mei 2024 | 20:02

HET Beras Bakal Naik Permanen Setelah 31 Mei Mendatang

Senin, 20 Mei 2024 | 19:57

MKD Imbau Masyarakat Tak Tergiur Beli Pelat DPR Palsu

Senin, 20 Mei 2024 | 19:54

HIPMI Minta Pemerintah Jangan Impor Saat Panen Raya Jagung

Senin, 20 Mei 2024 | 19:43

KPD: Persoalan Administratif di Bawaslu, Bukan Ranah MK

Senin, 20 Mei 2024 | 19:31

Partai Gelora Tolak Usulan Politik Uang Dilegalkan dalam Pemilu

Senin, 20 Mei 2024 | 19:31

HIPMI: BUMN Pangan dan Bulog Gagal Kelola Hasil Panen Jagung

Senin, 20 Mei 2024 | 19:15

Otak Branding "Gemoy" Sukses Bikin Forum Digital Marketing Pecahkan Rekor

Senin, 20 Mei 2024 | 19:07

Patuh Putusan PTUN, Nurul Ghufron Tegaskan Tak Akan Hadiri Sidang Dewas KPK

Senin, 20 Mei 2024 | 19:03

Pemerintah Harus Kembangkan Potensi Gen Z Sambut Bonus Demografi

Senin, 20 Mei 2024 | 18:59

Selengkapnya