Berita

Penduduk sipil yang terluka dirawat dalam kondisi seadanya di rumah sakit di kamp pengungsi/Net

Dunia

Rumah Sakit Di Tigray Ethiopia Kekurangan Pasokan Medis Pasca Berakhirnya Operasi Militer

SENIN, 30 NOVEMBER 2020 | 09:27 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Rumah sakit di Mekelle, ibu kota wilayah Tigray, Ethiopia, mengalami kekurangan pasokan obat-obatan dan pealatan medis. Padahal rumah sakit itu harus merawat banyak orang yang terluka, sehari setelah pemerintah mengumumkan operasi militer selesai di wilayah tersebut.

Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan pada Minggu (29/11) selain kekurangan pasokan obat-obatan, rumah sakit itu juga tidak memiliki persediaan kantong jenazah untuk korban yang tewas dalam kerusuhan beberapa hari lalu.

Ambulans Palang Merah Ethiopia telah membawa "orang yang terluka dan meninggal" ke Rumah Sakit Rujukan Ayder.

Pada kunjungan ke rumah sakit itu, staf ICRC menemukan bahwa 80 persen pasien menderita cedera trauma, menambahkan bahwa layanan lain harus ditangguhkan sehingga staf dan sumber daya yang terbatas dapat dikhususkan untuk perawatan medis darurat.

"Rumah sakit kekurangan jahitan, antibiotik, antikoagulan, obat penghilang rasa sakit, dan bahkan sarung tangan," kata kepala ICRC di Ethiopia Maria Soledad.

Namun, ICRC tidak memberikan angka berapa pun yang terluka atau tewas. Juga tidak disebutkan apakah korban adalah warga sipil atau personel militer.

ICRC dalam sebuah pernyataan mengatakan, situasi di kota berpenduduk 500 ribu orang itu telah  'tenang' pada hari Minggu. Tetapi pemimpin  Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) bersumpah untuk terus berjuang, dalam sebuah pernyataan kepada Reuters, Minggu (29.11).

Pada Sabtu (28/11), Perdana Menteri Abiy Ahmed mengatakan bahwa pasukan federal telah menguasai kota. Dia menggambarkan langkah itu sebagai 'fase terakhir' dalam konflik selama tiga minggu dengan TPLF.

"Saya senang mengatakan, bahwa kami telah menyelesaikan dan menghentikan operasi militer di wilayah Tigray," katanya.

Tentaranya telah membebaskan ribuan tentara yang ditangkap oleh TPLF dan mengendalikan bandara dan kantor regional, dengan mengatakan bahwa operasi tersebut dilakukan dengan hati-hati terhadap warga.

Perdana menteri secara konsisten menggambarkan kepemimpinan TPLF sebagai tindakan kriminal. Dia meyakinkan bahwa aparat berwenang akan membawa mereka ke pengadilan.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Daftar Bakal Calon Gubernur, Barry Simorangkir Bicara Smart City dan Kesehatan Untuk Sumut

Selasa, 07 Mei 2024 | 22:04

Acara Lulus-Lulusan Pakai Atribut Bintang Kejora, Polisi Turun ke SMUN 2 Dogiyai

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:57

Konflik Kepentingan, Klub Presiden Sulit Diwujudkan

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:41

Lantamal VI Kirim Bantuan Kemanusiaan Untuk Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:33

Ketua MPR: Ditjen Bea Cukai, Perbaiki Kinerja dan Minimalkan Celah Pelanggaran!

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:33

Anies: Yang Tidak Mendapatkan Amanah Berada di Luar Kabinet, Pakem Saya

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:25

Ide Presidential Club Karena Prabowo Ingin Serap Pengalaman Presiden Terdahulu

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:17

Ma’ruf Amin: Presidential Club Ide Bagus

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:09

Matangkan Persiapan Pilkada, Golkar Gelar Rakor Bacakada se-Sumut

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:04

Dua Kapal Patroli Baru Buatan Dalam Negeri Perkuat TNI AL, Ini Spesifikasinya

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:00

Selengkapnya