Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

India Bantah China Gunakan Senjata Microwave: Klaim Itu Palsu Dan Menyesatkan

KAMIS, 19 NOVEMBER 2020 | 10:54 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

India membantah laporan mengenai penggunaan 'Senjata Microwave' atau senjata gelombang mikro yang digunakan oleh pasukan China saat bentrokan di perbatasan.  

Biro Informasi Pers (PIB) India menepis dengan mengatakan bahwa berita itu menyesatkan.

"Beberapa portal berita internasional telah menerbitkan berita utama yang menyesatkan dan melaporkan klaim tak berdasar terkait dengan perselisihan perbatasan India-China di Ladakh," ujar PIB dalam akun Twitternya.

“Klaim ini palsu, ADGPI (Direktorat Jenderal Informasi Publik] telah mengklarifikasi bahwa kejadian tersebut tidak terjadi. Waspadalah terhadap informasi yang salah seperti itu. "

Tentara India juga mengeluarkan penyangkalan tentang 'Senjata Microwave' itu, dengan mengatakan bahwa pasukannya masih tetap menguasai dataran tinggi di wilayah perbatasan yang disengketakan, di mana Beijing merebut dua puncak bukit utama setelah bentrokan pada bulan Juni yang menewaskan sedikitnya 20 tentara India.

Senjata Microwave atau gelombang mikro adalah bagian dari apa yang dikenal sebagai senjata berenergi terarah (DEW), yang pertama kali dikembangkan oleh AS dan bekas Uni Soviet selama Perang Dingin.

Gelombang mikro menghantar molekul air panas dengan cara yang sama seperti peralatan dapur, menargetkan air di bawah kulit dan menyebabkan peningkatan jumlah rasa sakit ke target dari jarak hingga 0,6 mil.

Disebut sebagai senjata microwave karena memiliki efek yang mirip dengan jenis oven, meski secara teknis radiasinya berbentuk gelombang milimeter bukan gelombang mikro.

Senjata gelombang mikro menjadi topik diskusi tiga tahun lalu. Dicurigai senjata tersebut digunakan untuk menargetkan diplomat AS di Kuba pada tahun 2016, dan lebih dari 30 staf diplomatik beserta keluarganya menderita mual dan kerusakan otak ringan.

Setelah apa yang awalnya digambarkan sebagai 'serangan sonik'. Tetapi laporan NYT menunjukkan bahwa para diplomat AS, pada kenyataannya, mungkin menjadi sasaran senjata gelombang mikro.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Eko Darmanto Bakal Didakwa Terima Gratifikasi dan TPPU Rp37,7 M

Senin, 06 Mei 2024 | 16:06

Fahri Hamzah: Akademisi Mau Terjun Politik Harus Ganti Baju Dulu

Senin, 06 Mei 2024 | 15:56

Pileg di Intan Jaya Molor Karena Ulah OPM

Senin, 06 Mei 2024 | 15:56

Gaduh Investasi Bodong, Pengamat: Jangan Cuma Nasabah, Bank Juga Perlu Perlindungan

Senin, 06 Mei 2024 | 15:46

Tertinggi dalam Lima Tahun, Ekonomi RI di Kuartal I 2024 Tumbuh 5,11 Persen

Senin, 06 Mei 2024 | 15:46

Parnas Tak Punya Keberanian Usung Kader Internal jadi Cagub/Cawagub Aceh

Senin, 06 Mei 2024 | 15:45

PDIP Buka Pendaftaran Cagub-Cawagub Jakarta 8 Mei 2024

Senin, 06 Mei 2024 | 15:35

Dirut Pertamina: Kita Harus Gerak Bersama

Senin, 06 Mei 2024 | 15:35

Banyak Pelanggan Masih Pakai Ponsel Jadul, Telstra Tunda Penutupan Jaringan 3G di Australia

Senin, 06 Mei 2024 | 15:31

Maju sebagai Cagub Jateng, Sudaryono Dapat Perintah Khusus Prabowo

Senin, 06 Mei 2024 | 15:24

Selengkapnya