Berita

Pengamat politik internasional Teguh Santosa dalam diskusi virtual KAMMI/RMOL

Dunia

Negara Mana Yang Paling Melanggar Multilateralisme, China Atau Amerika Serikat?

SABTU, 31 OKTOBER 2020 | 23:43 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

Amerika Serikat dan China merupakan dua negara besar di dunia yang sama-sama mengklaim sebagai pendukung multilateralisme.

Namun bila melihat pada fakta di lapangan, kedua negara tersebut tidak sungkan melakukan sejumlah tidakan yang mengabaikan prinsip multilateralisme.

Amerika Serikat di era pemerintahan Donald Trump, misalnya, memilih untuk angkat kaki dari sejumlah organisasi internasional. Tentu saja pemerintah AS memiliki alasan tertentu untuk melakukan hal itu.

“Misalnya, Trump keluar dari WHO karena merasa terganggu dan menilai bahwa organisasi tersebut terlalu pro ke China," kata pengamat politik internasional Teguh Santosa dalam diskusi virtual bertajuk "Pemilu AS dan Masa Depan Politik Global" yang diselenggarakan oleh Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) pada Sabtu malam (31/10).

Menurut Teguh, keputusan Trump keluar dari WHO adalah bagian dari cara Trump untuk berkomunikasi.

"Itu adalah bagian dari komunikasi Trump sebagai seorang presiden dengan pihak lain di luar negera itu. Langkah itu juga merupakan bagian dari alat tekan yang dia gunakan," sambungnya.

Di sisi lain, dalam bentuk serupa tapi tak sama, pelanggaran multilateralisme juga dilakukan oleh China.

"China juga melanggar multilateralisme. Misalnya, UNCLOS 1982 (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut). China ikut menandatanganinya. Tapi dia juga masuk ke perairan orang," kata Teguh, merujuk pada manuver China di Laut China Selatan belakangan ini.

Teguh juga mencontohkan keberatan Filipina atas kelakuan China di perairan yang menurut Filipina adalah milik mereka. Dalam menyampaikan protesinya itu, Filipina mengajukan gugatan ke tribunal internasional. Tetapi proses hukum ini tidak diindahkan China.  

"Tahun 2013 Filipina protes dan mengajukan kasus ini ke international tribunal. Namun China tidak menanggapi protes itu. China tidak mengirimkan pengacara atau bahkan hadir di persidangan. Kasus tersebut dianggap tidak ada (oleh China)," sambung Teguh yang juga merupakan dosen Hubungan Internasional Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

“Tahun 2016 keluar vonisnya, dan Filipina dinyatakan menang. Lalu apa respon China? China tidak menganggap vonis itu. Sidangnya saja tidak dianggap, apalagi hasilnya," tambah Teguh.

Teguh menjelaskan bahwa dalam konteks global, setiap negara harus mematuhi hukum-hukum internasional. Namun setiap negara juga punya hak untuk memutuskan keluar dari lembagai multilateral sebagai bentuk protes, Yang penting, ketika memutuskan mengambil tindakan itu, negara tersebut tidak melanggar hak negara lain.

“Mau keluar dari lembaga multilateral boleh-boleh saja jika itu dijadikan sebagai bargain. Tapi jangan mengganggu hak negara lain," ujar Teguh.

"Amerika Serikat keluar dari lembaga multilateral sebagai protes. Lain halnya dengan China yang langgar prinsip multilateralisme dan menginjak halaman rumah orang lain," tandasnya.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Ini Kronologi Perkelahian Anggota Brimob Vs TNI AL di Sorong

Minggu, 14 April 2024 | 21:59

Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Resmi Tersangka KPK

Selasa, 16 April 2024 | 07:08

Tim Kecil Dibentuk, Partai Negoro Bersiap Unjuk Gigi

Senin, 15 April 2024 | 18:59

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Mau Perang Tapi Kere, Bagaimana?

Senin, 15 April 2024 | 12:34

UPDATE

Kejagung Jangan Goyang Usut Kasus Timah

Rabu, 24 April 2024 | 14:05

Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas KPK

Rabu, 24 April 2024 | 13:58

Nathan Diizinkan Kembali Membela Garuda Muda, Erick Thohir Berterima Kasih kepada Suporter

Rabu, 24 April 2024 | 13:54

Perindo Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran

Rabu, 24 April 2024 | 13:53

Senat AS Loloskan Paket Bantuan Rp1.535 Triliun untuk Ukraina, Israel, dan Taiwan

Rabu, 24 April 2024 | 13:51

Prabowo: Saya Manusia dan Pernah Bikin Salah, Saya Minta Maaf

Rabu, 24 April 2024 | 13:46

Prabowo: Terima Kasih Pak Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 13:46

Anies Respons Sindiran Prabowo soal Senyuman Berat: Biasa Saja

Rabu, 24 April 2024 | 13:45

Ratu Adil Ajak Seluruh Elemen Bangsa Lakukan Rekonsiliasi Nasional

Rabu, 24 April 2024 | 13:29

Pemerintah Australia Resmikan Fase Baru Program Investing in Women di Jakarta

Rabu, 24 April 2024 | 13:26

Selengkapnya