Berita

Presiden Emmanuel Macron/Net

Dunia

Hindari Risiko Gelombang Kedua, Prancis Kembali Terapkan Penguncian Nasional

KAMIS, 29 OKTOBER 2020 | 06:25 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Di tengah kericuhan yang meluas pasca 'kartun Nabi' lalu disusul 'kartun Erdogan', Prancis mengumumkan akan melakukan penguncian nasional.

Presiden Emmanuel Macron mengatakan bahwa di bawah langkah-langkah baru, mulai Jumt atau setidaknya 1 November, penduduk Prancis tidak akan diizinkan meninggalkan rumah kecuali untuk alasan penting, seperti bekerja, berolahraga, atau berbelanja makanan.
Sekolah akan tetap buka tetapi perjalanan antar daerah akan akan dilarang. Bar dan restoran juga akan tutup, begitu pula semua bisnis yang tidak penting.


Kematian harian akibat Covid-19 di Prancis berada pada level tertinggi sejak April. Pada Selasa (27/10) sebanyak 33 ribu kasus baru telah dikonfirmasi.

Macron mengatakan negara itu berisiko 'kewalahan oleh gelombang kedua'.

"Gelombang kedua tidak diragukan lagi akan lebih sulit daripada gelombang pertama," katanya, seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (28/10).

Dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Rabu, Macron mengatakan bahwa Prancis saat ini harus 'mengerem secara keras' untuk menghindari 'tenggelam oleh percepatan epidemi'. Penguncian kedua ini diperkirakan akan berlangsung hingga akhir November.

"Virus beredar dengan kecepatan yang bahkan tidak diperkirakan oleh perkiraan paling pesimistis," katanya, seraya menambahkan bahwa separuh dari semua tempat tidur perawatan intensif di rumah sakit Prancis ditempati oleh pasien Covid.

Di bawah aturan baru, orang perlu mengisi formulir untuk alasan meninggalkan rumah mereka, seperti yang diwajibkan dalam penutupan awal Maret.

"Seperti di musim semi, Anda akan dapat meninggalkan rumah hanya untuk bekerja, untuk janji medis, untuk memberikan bantuan kepada kerabat, untuk berbelanja barang-barang penting atau berjalan-jalan di dekat rumah Anda," kata Macron.

Namun begitu, dia menjelaskan bahwa layanan publik dan pabrik akan tetap buka, menambahkan bahwa ekonomi tidak boleh berhenti.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Prabowo-Gibran Perlu Buat Kabinet Zaken

Jumat, 03 Mei 2024 | 18:00

Dahnil Jamin Pemerintahan Prabowo Jaga Kebebasan Pers

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:57

Dibantu China, Pakistan Sukses Luncurkan Misi Bulan Pertama

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:46

Prajurit Marinir Bersama Warga di Sebatik Gotong Royong Renovasi Gereja

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:36

Sakit Hati Usai Berkencan Jadi Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Pemerintah: Internet Garapan Elon Musk Menjangkau Titik Buta

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Bamsoet Minta Pemerintah Transparan Soal Vaksin AstraZeneca

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:16

DPR Imbau Masyarakat Tak Tergiur Investasi Bunga Besar

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:06

Hakim MK Singgung Kekalahan Timnas U-23 dalam Sidang Sengketa Pileg

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:53

Polisi Tangkap 2.100 Demonstran Pro-Palestina di Kampus-kampus AS

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:19

Selengkapnya