Berita

Program Manager International Centre for Islam and Pluralism (ICIP), Fahmi Syahirul Alim/Net

Publika

Inspirasi Sumpah Pemuda Dan Isu Penghapusan Sejarah

RABU, 28 OKTOBER 2020 | 12:08 WIB

92 tahun yang lalu, tepatnya 28 Oktober 1928 adalah momentum penting jika bukan malah sebagai tonggak utama dalam perjalanan sejarah pergerakan kemerdekaan dan persatuan bangsa ini. Di mana ada sekelompok pemuda dan pemudi dari seluruh Nusantara berkumpul, berdiskusi dan berikrar untuk menyatukan semua elemen bangsa demi memperjuangkan kemerdekaan dari tangan penjajah.

Apa yang mereka lakukan pada saat itu menjadi sejarah berharga bagi bangsa ini yang dikenal dengan Sumpah Pemuda dan diperingati oleh segenap bangsa ini pada setiap tanggal 28 Oktober, terutama para kaum muda sebagai generasi penerus bangsa. 

Namun sayangnya, beberapa waktu yang lalu ada keriuhan di media sosial lantaran munculnya isu penghapusan mata pelajaran sejarah dari kurikulum nasional. Sontak hal tersebut menimbulkan gegeran baru dalam dunia pendidikan kita di masa pandemi ini.


Tentu isu tersebut ditanggapi beragam oleh khalayak penggiat media sosial. Hal ini menandakan bahwa publik sangat peduli dengan dunia pendidikan dan sejarah bangsanya. Namun benarkah ada penghapusan mata pelajaran sejarah? Jangan-jangan itu hanya isu dan pemelintiran infomasi yang dihembuskan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dengan tujuan ingin memperkeruh suasana di masa pandemi ini.

Faktanya Mengkaji Penyederhanaan Bukan Penghapusan


Sebagai warga negara yang baik dan netizen yang bijak, alangkah baiknya kita menyaring dan mengkaji informasi yang beredar di dunia maya sebelum terpancing dan terprovokasi menyebarkanya. Dan yang paling utama mencari sumber utama yang runtut, atau dalam istilah ilmu hadits sesuai dengan sanadnya dan harus mutawatir.

Jika kita merujuk pada pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 22 September 2020 lalu terkait Perumusan Kurikulum, maka kita akan menemukan fakta bahwa sejatinya tidak ada penghapusan mata pelajaran sejarah dari kurikum nasional.

Yang ada adalah pengkajian penyerhadaan kurikulum terutama di masa pandemi ini. Dan itupun ternyata tidak dilakukan saat ini dan tetap melibatkan semua elemen masyarakat dan dilakukan secara terbuka.

Berikut pernyataan lengkapnya, pertama, tidak ada penyederhanaan kurikulum, terutama untuk mata pelajaran Sejarah yang saat ini ramai bergulir di masyarakat. Kabar penghapusan mata pelajaran Sejarah pada kurikulum nasional adalah hoaks.

Kedua, tidak ada kebijakan penyederhanaan kurikulum yang diberlakukan skala nasional pada tahun 2021. Kemendikbud akan membuat berbagai macam prototipe di Sekolah Penggerak yang terpilih dan bukan dalam skala nasional.

Ketiga, proses penyederhanaan kurikulum untuk menjadi sebuah kebijakan masih sangat panjang serta membutuhkan waktu yang tidak singkat. Perlu gagasan serta harmonisasi dengan berbagai pihak sehingga dapat menghasilkan sebuah regulasi atau kebijakan.

Keempat, Kemendikbud tidak dapat bekerja sendiri dalam menentukan kurikulum yang tepat. Kemendikbud akan terus mengajak berbagai pemangku kepentingan untuk memberikan masukan dalam penyederhanaan kurikulum yang dibutuhkan dunia pendidikan saat ini, khususnya dalam menghadapi tantangan krisis pembelajaran akibat pandemi. Kemendikbud masih terus menjaring ide dan gagasan serta bekerja sama dengan semua pihak tanpa terkecuali untuk membahas kurikulum.

Kelima, Pusat Kurikulum dan Perbukuan memiliki tugas dan fungsi untuk mengembangkan kebijakan terkait evaluasi kurikulum yang telah diatur dalam Permendikbud. Segala bentuk inisiasi yang bersifat kurikulum selalu datang dari pusat tersebut, bukan dari direktorat-direktorat terpisah. Hal ini menepis isu bahwa terdapat inisiasi dari pihak lain yang meminta Sejarah dikeluarkan dari kurikulum. Dan Kemendikbud terbuka dan siap bekerja sama dengan para mitra.

Makna Sejarah Sumpah Pemuda Untuk Generasi Muda


Apa yang disampaikan oleh pihak Kemendikbud di atas membuktikan bahwa sejarah adalah bagian yang tidak terpisahkan dari dunia pendidikan kita. Maka rasanya konyol jika kita mempercayai secara mentah-mentah bahwa Kemendibud akan  menghapuskan sejarah dari dunia pendidikan.

Bahkan belakangan, Mendikbud Nadiem Makarim mengeluarkan pernyataan dalam sebuah video yang menegaskan bahwa munculnya isu soal dihapuskannya mata pelajaran Sejarah karena ada presentasi internal yang keluar ke masyarakat dengan salah satu permutasi penyederhanaan kurikulum.

Bahkan menurut Nadiem, Ia ingin menjadikan sejarah menjadi suatu hal yang relevan untuk generasi muda dengan penggunaan media yang menarik dan relevan untuk generasi baru agar bisa menginspirasi mereka. Dan menurut Mendikbud yang dekat dengan dunia start-up digital tersebut mengatakan, identitas generasi baru yang nasionalis hanya bisa terbentuk dari suatu kenangan bersama yang membanggakan dan menginspirasi (Kompas.com)

Pernyataan Mendikbud Milenial tersebut tentu harus disambut positif, terlebih saat ini kita sedang memperingati Sumpah Pemuda ke-92. Peringatan Sumpah Pemuda saat ini harus dimaknai sebagai inspirasi dan momentum gerakan bersama para generasi muda dalam menjaga nilai-nilai kebinekaan dan persatuan bangsa yang mulai terancam oleh pihak-pihak ekstrimis, radikal dan intoleran.

Ditambah lagi saat ini, berita hoax, ujarah kebencian dan provokatif marak di jagat maya. Hal tersebut tentu dapat merapuhkan harmoni dan integrasi bangsa yang sudah dibangun susah payah oreh para pemuda di masa perjuangan dulu.

Sehingga Sumpah Pemuda tidak hanya diperingati secara seremonial sebagai bagian sejarah bangsa ini, namun harus dimaknai dan diinternalisasikan dalam gerakan-gerakan nyata dan relevan dengan tantangan yang dihadapi oleh bangsa saat ini.  Agar perjuangan para pemuda dalam menyatukan satu bangsa satu bahasa di masa pra kemerdekaan dulu tidak sia-sia.

Fahmi Syahirul Alim

Program Manager International Centre for Islam and Pluralism (ICIP)

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

UPDATE

KPK Siap Telusuri Dugaan Aliran Dana Rp400 Juta ke Kajari Kabupaten Bekasi

Rabu, 24 Desember 2025 | 00:10

150 Ojol dan Keluarga Bisa Kuliah Berkat Tambahan Beasiswa GoTo

Rabu, 24 Desember 2025 | 00:01

Tim Medis Unhas Tembus Daerah Terisolir Aceh Bantu Kesehatan Warga

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:51

Polri Tidak Beri Izin Pesta Kembang Api Malam Tahun Baru

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:40

Penyaluran BBM ke Aceh Tidak Boleh Terhenti

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:26

PAN Ajak Semua Pihak Bantu Pemulihan Pascabencana Sumatera

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:07

Refleksi Program MBG: UPF Makanan yang Telah Berizin BPOM

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:01

Lima Tuntutan Masyumi Luruskan Kiblat Ekonomi Bangsa

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:54

Bawaslu Diminta Awasi Pilkades

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:31

Ini yang Diamankan KPK saat Geledah Rumah Bupati Bekasi dan Perusahaan Haji Kunang

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:10

Selengkapnya