Departemen Keuangan AS pada Kamis (22/10) memberikan sanksi baru pada lima entitas Iran karena 'telah berani-beraninya' mengganggu Pemilihan Presiden AS dan merecoki para pemilih
Departemen Keuangan menyebut Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC), Pasukan IRGC-Qods, Institut Bayan Rasaneh Gostar, Persatuan Radio dan Televisi Islam Iran, dan Persatuan Media Virtual Internasional, adalah aktor kunci dalam upaya untuk menyebarkan disinformasi menjelang pemilihan 3 November.
Kelompok-kelompok itu berupaya menyebarkan informasi yang salah agar timbul perselisihan di antara para penduduk yang akan memberikan suaranya.
"Kelompok itu melaksanakan operasi pengaruh jahat yang bertujuan menyesatkan pemilih AS," kata Departemen Keuangan, dalam keterangannya.
'Kompi terdepan' Pasukan IRGC Qods, Bayan Gostar, telah memimpin kegiatan tersebut, menurut pernyataan Departemen Keuangan, sepertti dikutip dari
AFP, Jumat (23/10).
"Menjelang pemilihan, personel Bayan Gostar telah berencana untuk mempengaruhi pemilihan dengan mengeksploitasi masalah sosial di Amerika Serikat, termasuk pandemi Covid-19, dan merendahkan tokoh politik AS," isi pernyataan itu.
Departemen Keuangan tidak memberikan rincian spesifik tentang apa yang telah dilakukan Iran, tetapi perusahaan media sosial AS telah memblokir akun dan postingan yang diduga disebarkan sebagai bagian dari operasi mereka.
Sanksi, yang melarang entitas Amerika dan AS melakukan bisnis dengan kelompok Iran, kemungkinan memiliki dampak nyata, karena Pasukan IRGC dan IRGC-Qods sudah dikenakan sanksi itu.
Pengumuman itu datang satu hari setelah Direktur Intelijen Nasional AS, John Ratcliffe, menyebut Iran berada di balik email baru-baru ini yang ditujukan kepada para pemilih AS yang mengancam mereka untuk mendukung Presiden Donald Trump dan Partai Republiknya.
Email tersebut tampaknya dikirim oleh kelompok milisi sayap kanan AS, Proud Boys. Namun Ratcliffe meyakini, Iran lah yang berada di balik semua itu.