Berita

Kandidat Presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, Joe Biden/Net

Dunia

Meski Joe Biden Terpilih, Strategi AS Melawan China Akan Tetap Bertahan

KAMIS, 22 OKTOBER 2020 | 08:05 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Kondisi politik dan opini publik di Amerika Serikat (AS) sudah berubah ketika berhadapan dengan kekuatan baru bernama Republik Rakyat China (RRC).

Perubahan itu membuat strategi AS melawan China sulit untuk berubah, meski kandidat presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden terpilih dalam pemilihan pada November mendatang.

Begitu yang disampaikan oleh salah satu pendiri Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia, Jusuf Wanandi, dalam webinar bertajuk "Managing Great Power Competition: Middle Power Perspectives of Indonesia and Korea" yang digelar pada Rabu (21/10).

Jusuf menjelaskan, seharusnya AS dapat memanfaatkan situasi pasca Perang Dingin untuk membentuk tatanan dunia baru. Namun sayangnya, peluang itu justru diambil oleh China yang saat ini menjadi fokus perkembangan utama dunia.

"Dan faktanya, (runtuhnya Uni Soviet) bukan hanya memunculkan kebangkitan China, tapi juga negara-negara Asia Timur," terang mantan anggota MPR itu.

Kebangkitan Asia Timur, kata Jusuf, terlihat ketika mereka berhasil menangani krisis keuangan 2008 dan pandemi Covid-19. Di sisi lain, AS kehilangan kesempatan lagi untuk memimpin dunia, khususnya di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump.

Dengan buruknya penanganan pandemi Covid-19, jajak pendapat menunjukkan, Trump telah tertinggal dari Biden dalam menghadapi pemilihan presiden AS.

"Mungkin, dia (Trump) bisa melakukan beberapa trik, upaya putus asa, menjelang akhir. Tapi saat ini sepertinya hampir tidak mungkin," sambung Jusuf.

Jika Biden memang terpilih menggantikan Trump, ia mengatakan, berbagai kesepakatan dengan pemerintahan Xi Jinping mungkin akan dilakukan, tetapi strategi melawan China tidak akan berubah.

"Tidaklah mudah untuk mengubah strategi melawan China, bahkan jika Biden terpilih, karena politik sudah rusak dan opini publik dengan tetap menentang China," lanjutnya.

Selain itu, AS sendiri menyadari betul bahwa China tidak selalu jujur dalam melaksanakan kewajiban dan janjinya. Di mana Beijing saat ini berjanji untuk untuk menghormati hak kekayaan intelektual, yang menjadi salah satu sumber api permusuhan dengan Washington.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

2.700 Calon Jemaah Haji Jember Mulai Berangkat 20 Mei 2024

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:49

Bertahun Tertunda, Starliner Boeing Akhirnya Siap Untuk Misi Awak Pertama

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:39

Pidato di OECD, Airlangga: Indonesia Punya Leadership di ASEAN dan G20

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:27

Jokowi: Pabrik Baterai Listrik Pertama di RI akan Beroperasi Bulan Depan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:09

Keputusan PDIP Koalisi atau Oposisi Tergantung Megawati

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:49

Sri Mulyani Jamin Sistem Keuangan Indonesia Tetap Stabil di Tengah Konflik Geopolitik Global

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:40

PKB Lagi Proses Masuk Koalisi Prabowo-Gibran

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:26

Menko Airlangga Bahas 3 Isu saat Wakili Indonesia Bicara di OECD

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:11

LPS: Orang yang Punya Tabungan di Atas Rp5 Miliar Meningkat 9,14 Persen pada Maret 2024

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:58

PKS Sulit Gabung Prabowo-Gibran kalau Ngarep Kursi Menteri

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:51

Selengkapnya