Berita

Raja Belanda Willem-Alexander dan Ratu Maksima saat mengunjungi Jakarta/Net

Dunia

Belanda Akan Bayar Kompensasi Kepada Anak Korban Pembunuhan Era Kolonial Di Indonesia

SELASA, 20 OKTOBER 2020 | 11:23 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Pemerintah Belanda mengumumkan akan memberikan kompensasi kepada anak-anak dari korban eksekusi yang dilakukan oleh pasukan kolonial selama perang kemerdekaan Indonesia antara 1945 hingga 1950.

Kompensasi tersebut berupa uang sebesar 5.000 euro atau setara dengan Rp 86 juta, mengutip AFP.

Pengumuman tersebut disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Belanda, Stef Blok dan Menteri Pertahanan Ank Bijlveveld, melalui sebuah surat yang dikirim ke parlemen pada Senin (19/10).

Di dalam surat bersama tersebut, keduanya mengatakan tidak akan mengajukan banding atas putusan pengadilan pada Maret yang memerintahkan pemerintah untuk memberikan kompensasi kepada janda dan anak-anak dari 11 lelaki di Sulawesi Selatan yang meninggal oleh pasukan Belanda pada 1946 hingga 1947.

"Anak-anak yang dapat membuktikan bahwa ayah mereka adalah korban eksekusi singkat seperti yang dijelaskan... berhak atas kompensasi," kata kedua menteri itu.

Ada serangkaian syarat yang harus dipenuhi bagi anak-anak para korban yang ingin mendapatkan kompensasi. Termasuk bukti bahwa orangtua mereka memang telah dibunuh dalam eksekusi yang terdokumentasi dan bukti ayah melalui dokumen identitas.

Saat ini, pengadilan Belanda tengah memproses beberapa kasus yang diajukan para kerabat korban perang lainnya yang meminta kompensasi atas kekejaman yang dilakukan oleh pasukan kolonial Belanda yang disebuat dengan Celebes.

Sedikitnya, ada 860 orang tewas oleh regu tembak, yang sebagian besar terjadi antara Desember 1946 hingga April 1947 di Sulawesi.

Pada 2013, pemerintah Belanda meminta maaf atas pembunuhan yang dilakukan oleh tentara kolonialnya dan mengumumkan kompensasi kepada para janda dari mereka yang meninggal.

Awal tahun ini, ketika mengunjungi Indonesia, Raja Belanda Willem-Alexander juga meminta maaf atas kekerasan berlebih oleh kolonial.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

UPDATE

Menag Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji di Arab Saudi

Selasa, 07 Mei 2024 | 02:05

Baru Kantongi 100 Ribu KTP, Noer Fajriensyah Ngebet Maju Pilgub Jakarta

Selasa, 07 Mei 2024 | 02:02

Politikus Perempuan di DPR Diprediksi Bertambah 10 Orang

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:29

PDIP Tancap Gas Godok Nama-Nama Calon di Pilkada 2024

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:26

Pemprov DKI Tak Serius Sediakan TPU di Kepulauan Seribu

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:00

Subholding Pelindo Siap Kelola Area Pengembangan I Bali Maritime Tourism Hub

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:40

Ridwan Kamil-Bima Arya Berpeluang Dipromosikan 3 Parpol Besar di Pilgub Jakarta

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:32

DPRD DKI Terus Dorong Program Sekolah Gratis Direalisasikan

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:24

Buku "Peta Jalan Petani Cerdas" Panduan Petani Sukses Dunia Akhirat

Senin, 06 Mei 2024 | 23:59

Popularitas Jokowi dan Gibran Tetap Tinggi Tanpa PDIP

Senin, 06 Mei 2024 | 23:11

Selengkapnya