Berita

Seorang anak mengenakan masker/Net

Kesehatan

Tim Ilmuwan Inggris Teliti Antibodi Flu Biasa Pada Anak Yang Cenderung Punya Gejala Ringan Covid-19

SENIN, 05 OKTOBER 2020 | 11:17 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Sebuah studi yang dilakukan oleh para ilmuwan Inggris tengah mempelajari peran antibodi terkait kasus Covid-19 pada anak-anak yang cenderung tidak memiliki gejala yang parah. 

Studi tersebut dipimpin oleh Prof. George Kassiotis dari Francis Crick Institute London, Prof. Pediatri Michael Levin dari Imperial College London, dan Dan Davis dari University College London.

Tim ilmuwan Inggris tersebut berusaha untuk membuktikan gagasan bahwa antibodi yang dipicu oleh flu biasa dapat membantu melindungi anak-anak dari infeksi Covid-19.

Penelitian sendiri dilakukan dengan melibatkan ribuan sampel yang dikumpulkan dari penelitian yang sudah ada. Sebagian besar penelitian akan membahas tentang antibodi dan protein pertahanan kekebalan utama yang dapat bertindak sebagai "perisai" antivirus.

Sejak awal pandemi, para ilmuwan telah mencari antibodi untuk melawan virus pada pasien dan individu yang sehat. Yang mengejutkan, beberapa ditemukan tidak hanya dalam sampel yang diambil dari orang yang baru terinfeksi, tetapi juga dalam spesimen yang dikumpulkan sebelum wabah.

“Kami menemukan sebuah kelompok kecil, sekitar 6 persen dari populasi Inggris, sudah memiliki antibodi yang dapat mengenali virus baru, meskipun mereka belum pernah terpapar,” kata Kassiotis, seperti dikutip Arab News.

“Kami menyadari pasti ada reaktivitas silang yang terjadi antara virus corona flu biasa dan strain pandemi baru. Keduanya adalah virus corona," tambahnya.

Virus corona selama ini telah menyebabkan sekitar seperlima dari flu biasa di Inggris, dan antibodi yang dipicu olehnya menempel pada Covid-19 di dalam tubuh.

"Eksperimen laboratorium kami menunjukkan bahwa ini mungkin masalahnya. Antibodi ini sebenarnya dapat melindungi dari Covid-19," terang Kassiotis lagi.

Rata-rata, orang dewasa menderita flu biasa yang disebabkan oleh virus corona setiap dua atau tiga tahun sekali. Tetapi lingkungan sekolah membuat anak-anak mendapatkan flu lima atau enam kali setahun. Akibatnya, sekitar 60 persen anak-anak memiliki antibodi virus corona, 10 kali lebih tinggi daripada orang dewasa.

Tingkat antibodi virus corona pada anak-anak juga ikut turun ketika mereka tidak bersekolah. Hal tersebut dilihat sejak pemberlakuan kuncian untuk mencegah penularan Covid-19.

"Virus corona berikutnya yang menyebar di antara mereka bisa jadi strain pandemi, bukan jenis flu musiman. Sepertinya itu tidak terjadi, tapi ini mengkhawatirkan," kata Kassiotis.

Di dalam studi ini, tim ilmuwan akan menganalisis sampel untuk melihat apakah orang yang memiliki antibodi terhadap Covid-19 juga menderita reaksi kekebalan yang dapat dipicu oleh virus corona, termasuk respons dalam sel-T.

Selain itu, penelitian pun akan mempelajari bagaimana individu dan antibodi berkembang saat pandemi berlanjut.

Kassiotis mengatakan antibodi yang berbeda dibuat oleh sistem kekebalan tubuh setelah infeksi Covid-19.

Beberapa spesifik untuk strain terbaru, sementara yang lain mengikat ke bagian yang dibagikan oleh semua virus corona. Dengan berfokus pada bagian-bagian itu, dimungkinkan untuk merancang vaksin untuk melindungi dari semua virus corona.

Meski begitu, ada hal lain yang tampaknya harus diperhatikan lebih lanjut. Pasalnya, respons imun terhadap Covid-19 dapat berdampak mematikan.

Sejak pandemi dimulai, anak-anak yang terinfeksi mulai mengalami sakit parah dengan adanya peradangan hingga kagagalan multi-organ.

“Kami bingung karena penyakit mereka muncul bukan pada puncak infeksi mereka, tetapi beberapa minggu kemudian, ketika virus telah hilang tetapi antibodi tinggi. Kami khawatir antibodi itu mungkin benar-benar menyebabkan kerusakan," ujar Levin.

Jika demikian, maka antibodi virus corona yang dibuat oleh vaksin potensial dapat memiliki efek serupa.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

UPDATE

Menag Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji di Arab Saudi

Selasa, 07 Mei 2024 | 02:05

Baru Kantongi 100 Ribu KTP, Noer Fajriensyah Ngebet Maju Pilgub Jakarta

Selasa, 07 Mei 2024 | 02:02

Politikus Perempuan di DPR Diprediksi Bertambah 10 Orang

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:29

PDIP Tancap Gas Godok Nama-Nama Calon di Pilkada 2024

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:26

Pemprov DKI Tak Serius Sediakan TPU di Kepulauan Seribu

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:00

Subholding Pelindo Siap Kelola Area Pengembangan I Bali Maritime Tourism Hub

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:40

Ridwan Kamil-Bima Arya Berpeluang Dipromosikan 3 Parpol Besar di Pilgub Jakarta

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:32

DPRD DKI Terus Dorong Program Sekolah Gratis Direalisasikan

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:24

Buku "Peta Jalan Petani Cerdas" Panduan Petani Sukses Dunia Akhirat

Senin, 06 Mei 2024 | 23:59

Popularitas Jokowi dan Gibran Tetap Tinggi Tanpa PDIP

Senin, 06 Mei 2024 | 23:11

Selengkapnya