Berita

Direktur Eksekutif Oversight of Indonesia's Democratic Policy, Satyo Purwanto/Net

Politik

Gatot Nurmantyo Kerap Bersuara Soal Anti-PKI, Satyo Purwanto: Isu Komunisme Memang Komoditas Rutin September

JUMAT, 25 SEPTEMBER 2020 | 09:13 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Isu anti-Partai Komunis Indonesia (PKI) kembali muncul seiring sering munculnya mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo di hadapan publik belakangan ini.

"Isu komunisme memang menjadi komoditas rutin menjelang bulan September, sebagai ingatan bangsa yang merupakan bagian sejarah kelam dari perjalanan bangsa Indonesia, maka peringatan itu apapun bentuknya boleh-boleh saja," ujar Direktur Eksekutif Oversight of Indonesia's Democratic Policy, Satyo Purwanto kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (25/9).

Tetapi, kata Satyo, masyarakat tidak perlu memiliki ketakutan berlebihan yang akhirnya membuat bangsa ini akan gagal menatap masa depan.


"Kita masih punya seperangkat aturan untuk menghalaunya, misalnya TAP MPR nomor 25/1966 yang sampai hari ini masih berlaku. Tapi kita juga mesti detail dalam hal ancaman terhadap Pancasila dan UUD 1945 yang menjadi filosofi dan dasar hukum negara, bahaya komunisme, fundamentalisme, dan neoliberalisme dalam bidang hukum, politik, dan ekonomi sudah menjadi ancaman nyata dalam kehidupan bangsa Indonesia saat ini," jelas Satyo.

Sehingga, mantan Sekjen Jaringan aktivis ProDemokrasi (ProDEM) ini menilai, pernyataan Gatot soal peringatan G30S/PKI merupakan hal yang biasa.

"Bahkan mestinya harus ditambahkan, harus ada UU seperti TAP MPR soal larangan partai komunis yang melarang pemerintah menjalankan politik, hukum dan ekonomi neoliberal yang tidak sesuai dengan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945," tegas Satyo.

Apalagi, menurut Satyo, Gatot merupakan sosok yang menjadi tokoh penting di Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) dan diperlukan ketika pemerintah tidak memiliki oposisi.

"Maka harus ada entitas seperti KAMI, representasi Gatot Nurmantyo yang berani mengkritisi pemerintah dan KAMI sebagai entitas kolektif, maka tidak terlihat kepentingan pragmatis Gatot Nurmantyo," pungkas Satyo.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Kuasa Hukum: Nadiem Makarim Tidak Terima Sepeserpun

Minggu, 21 Desember 2025 | 22:09

China-AS Intervensi Konflik Kamboja-Thailand

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:51

Prabowo Setuju Terbitkan PP agar Perpol 10/2025 Tidak Melebar

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:35

Kejagung Tegaskan Tidak Ada Ruang bagi Pelanggar Hukum

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:12

Kapolri Komitmen Hadirkan Layanan Terbaik selama Nataru

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:54

Kasus WN China Vs TNI Ketapang Butuh Atensi Prabowo

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:25

Dino Patti Djalal Kritik Kinerja Menlu Sugiono Selama Setahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:45

Alarm-Alam dan Kekacauan Sistemik

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:39

Musyawarah Kubro Alim Ulama NU Sepakati MLB

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:09

Kepala BRIN Tinjau Korban Bencana di Aceh Tamiang

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:00

Selengkapnya