Berita

Pakar politik Islam dan demokrasi, Muhammad Najib/Rep

Dunia

Muhammad Najib: Islamophobia Berkembang Karena Tidak Adanya Kekuatan Islam Di Dunia

SABTU, 12 SEPTEMBER 2020 | 08:20 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Munculnya populisme di dunia tampaknya menjadi titik balik dari berkembangnya Islamophobia, bukan hanya di Eropa, namun seluruh penjuru dunia, termasuk negara Islam itu sendiri.

Populisme dapat digambarkan ketika sentimen masyarakat yang dibangun berdasarkan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) kemudian dieksploitasi oleh para politisi untuk mendapatkan target jangka pendek, tetapi mengabaikan konsekuensi jangka panjang.

Pakar politik Islam dan demokrasi, Muhammad Najib mengatakan, situasi tersebut didukung dengan fenomena penggunaan sosial media yang semakin marak dalam 20 tahun akhir. Alhasil, komunikasi masyarakat dari segala status sosial dilakukan tanpa filter yang menimbulkan emosi-emosi tidak terkendali.


Berbicara dalam Pengajian Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah bertajuk "Islam dan Islamophobia di Eropa" yang digelar pada Jumat malam (11/9), Najib mengingatkan, fenomena tersebut tidak hanya terjadi di Eropa, namun di semua negara dan semua komunitas agama.

"Katakanlah di Amerika yang mayoritas protestan, muncul fenomena rasisme yang luar biasa, termasuk sentimen anti-Islam dan anti kulit hitam sejak Presiden Donald Trump secara terbuka menggunakan narasi-narasi rasis untuk mendapatkan dukungan politik," jelasnya.

Di Israel, kata Najib, fenomena tersebut muncul di tengah umat Yahudi sejak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berkuasa. Sentimen yang dibangun pun bukan hanya "anti-Islam" tetapi juga "anti-Arab". Meski sebenarnya banyak dari orang Arab beragama Kristen.

Di New Zealand, dua masjid di Christchuch diserang oleh seseorang yang terpengaruh dengan sentimen Islamophobia, hingga 51 orang meninggal dunia.

Bahkan di kawasan Skandinavia seperti Denmark, Norwegia, hingga Swedia, yang dianggap para pengamat sosial politik sebagai wilayah yang sejahtera muncul penistaan agama dengan adanya fenomena pembakaran Al Quran.

India dengan masyarakat Buddha-nya juga tidak terlepas dari Islamophobia, khususnya setelah Partai Bharatiya Janata Party (BJP) yang digawangi oleh Perdana Menteri Narendra Modi mengambil alih kekuasaan.

Intimidasi terhadap muslim, pengrusakan masjid, hingga kebijakan terhadap Kashmir tampak dilakukan oleh Modi dengan mengeksploitasi sentimen anti-Islam di masyarakat.

"Fenomena di Turki itu contoh yang sangat nyata sekali. Jadi ada upaya mengeksploitasi sentimen ke-Islaman untuk mendapatkan dukungan," sambungnya.

Di Indonesia pun, dia katakan, eksploitasi sentimen itu juga kerap terjadi. Namun, faktor historis dan kultur Islam yang berbeda di Indonesia membuatnya dapat diredam.

"Jadi, tidak ada komunitas agama di dunia yang terbebas dari sentimen Islamophobia," tekan Najib.

Tidak Adanya Kekuatan Islam di Dunia

Tidak adanya kekuatan Islam di dunia dan tidak kuatnya umat muslim saat ini menjadi alasan Islam menjadi target.

"Saya seringkali menunjukkan, mana negara muslim yang memiliki kekuatan politik, ekonomi, sekaligus militer yang disegani? Tidak ada," papar Najib,

"Berbeda dengan Rusia, China, atau Amerika. Kalau mereka melakukan sesuatu, orang segan," imbuhnya.

Organisasi Kerja sama Islam (OKI) yang menjadi wadah bagi negara-negara muslim pun, kata Najib, tidak dapat diandalkan. Mengingat terjadi konflik internal mengenai perbedaan pandangan Islam di antara anggota-anggotanya.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya