Berita

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memberikan pernyataan pers di kantor PM di Yerusalem, pada 13 Agustus 2020/Net

Dunia

Pengamat Militer Israel Menilai Netanyahu Punya Niat Lain Di Balik Rencana Lock Down Total Israel

KAMIS, 10 SEPTEMBER 2020 | 14:33 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dikabarkan sedang berusaha untuk menerapkan lockdown penuh di Israel, bukan hanya untuk membendung penyebaran pandemik tetapi untuk sebuah tujuan lain yakni membatasi demonstrasi yang meminta dia untuk mundur.

Kabar itu beredar setelah outlet berita Arab48.com mengutip laporan yang disampaikan oleh analis militer Israel Amos Harel yang muncul di Haaretz, yang menyatakan bahwa negara itu menuju penutupan penuh pada akhir bulan mendatang.

Harel menunjukkan bahwa ada 'perebutan kekuasaan' di dalam kabinet yang dibentuk untuk menangani krisis Covid-19, sementara anggota Partai Biru dan Putih Menteri Pertahanan Benny Gantz bekerja untuk mencegah penutupan penuh.

Penguncian penuh telah dimulai di 40 kota Israel pada Selasa (8/9) malam waktu setempat, dan diberi label sebagai kota 'merah', karena tingginya jumlah kasus Covid-19 yang dilaporkan di dalamnya.

Sumber kabinet yang dilaporkan oleh Harel menyatakan bahwa Netanyahu percaya bahwa satu-satunya cara untuk mengurangi jumlah kasus adalah dengan menerapkan penguncian penuh yang akan berlangsung beberapa minggu.

Harel mengatakan bahwa Pengadilan Tinggi Israel tidak mungkin bisa mencegah demonstrasi selama penutupan penuh, tetapi dengan penguncian tersebut tentunya akan menyulitkan para demonstran dari area merah untuk mencapai lokasi demonstrasi.

Menurut Harel, Netanyahu mungkin menunda penutupan penuh hingga akhir bulan ini karena dia berencana melakukan perjalanan ke Washington pada 15 September mendatang untuk menghadiri upacara penandatanganan kesepakatan UEA-Israel.

“Tidak masuk akal jika Netanyahu melakukan perjalanan ke Washington sementara Israel dikunci,” menurut Harel, seperti dikutip dari Memo, Kamis (10/9).

Kabinet Covid-19 Israel juga memeriksa pembatasan yang diberlakukan selama akhir pekan Rosh Hashanah (hari raya umat Yahudi), transisi ke penguncian yang lebih lama, atau menutup sekolah selama periode tiga minggu selama liburan musim gugur.

Kontroversi ini dimulai ketika Israel mencatat jumlah kasus infeksi tinggi, yang mencapai 3.000 kasus setiap hari.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

UPDATE

Menag Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji di Arab Saudi

Selasa, 07 Mei 2024 | 02:05

Baru Kantongi 100 Ribu KTP, Noer Fajriensyah Ngebet Maju Pilgub Jakarta

Selasa, 07 Mei 2024 | 02:02

Politikus Perempuan di DPR Diprediksi Bertambah 10 Orang

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:29

PDIP Tancap Gas Godok Nama-Nama Calon di Pilkada 2024

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:26

Pemprov DKI Tak Serius Sediakan TPU di Kepulauan Seribu

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:00

Subholding Pelindo Siap Kelola Area Pengembangan I Bali Maritime Tourism Hub

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:40

Ridwan Kamil-Bima Arya Berpeluang Dipromosikan 3 Parpol Besar di Pilgub Jakarta

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:32

DPRD DKI Terus Dorong Program Sekolah Gratis Direalisasikan

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:24

Buku "Peta Jalan Petani Cerdas" Panduan Petani Sukses Dunia Akhirat

Senin, 06 Mei 2024 | 23:59

Popularitas Jokowi dan Gibran Tetap Tinggi Tanpa PDIP

Senin, 06 Mei 2024 | 23:11

Selengkapnya