Berita

Direktur Ekskutif Oversight of Indonesia's Democratic Policy, Satyo Purwanto/Net

Politik

Satyo Purwanto: Presidential Threshold Mendegredasi Demokrasi Ke Level Terbawah

MINGGU, 06 SEPTEMBER 2020 | 17:34 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Adanya ambang batas atau presidential threshold (PT) akan membuka peluang terjadinya transaksi politik agar bisa meloloskan calon presiden atau wakil presiden yang akan berkontestasi.

"Terjadinya transaksi politik dari parpol atau pun si calon pemimpin akibat adanya 'driver cost' saat menembus ambang batas pencalonan. Gosipnya, hal itu memerlukan biaya yang sangat besar bahkan kadang nilainya enggak masuk akal," ujar Direktur Ekskutif Oversight of Indonesia's Democratic Policy, Satyo Purwanto kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (6/9).

Oleh karenanya, ambang batas akan menciptakan polarisasi lantaran potensinya selalu menghadirkan hanya dua pasangan calon dalam kontestasi Pilpres.


"Akibat distorsi ini, pada akhirnya rakyat tidak diberikan pilihan calon pemimpin yang terbaik akibat hanya terbatasnya kandidat. Akumulasinya adalah bangsa dan negara ini sangat dirugikan, bahkan yang lebih tragis terjadi dalam kontestasi pilkada sering hanya ada calon tunggal," jelas Satyo.

"Istilahnya melawan kotak kosong, kondisi ini mendegradasi demokrasi ke level terbawah. Ini dampak negatif penerapan threshold yang rawan konflik kepentingan dan politik uang," pungkas Satyo.

Saat ini, sejumlah tokoh mengajukan gugatan di Mahkamah Konstitusi terkait ambang batas pencalonan presiden. Beberapa tokoh yang mengajukan gugatan di antaranya ekonom senior Rizal Ramli dan pakar hukum tata negara Refly Harun yang meminta PT dihapus.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Pramono Putus Rantai Kemiskinan Lewat Pemutihan Ijazah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:44

Jangan Dibenturkan, Mendes Yandri: BUM Desa dan Kopdes Harus Saling Membesarkan

Senin, 22 Desember 2025 | 17:42

ASPEK Datangi Satgas PKH Kejagung, Teriakkan Ancaman Bencana di Kepri

Senin, 22 Desember 2025 | 17:38

Menlu Sugiono Hadiri Pertemuan Khusus ASEAN Bahas Konflik Thailand-Kamboja

Senin, 22 Desember 2025 | 17:26

Sejak Lama PKB Usul Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:24

Ketua KPK: Memberantas Korupsi Tidak Pernah Mudah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:10

Ekspansi Pemukiman Israel Meluas di Tepi Barat

Senin, 22 Desember 2025 | 17:09

Menkop Dorong Koperasi Peternak Pangalengan Berbasis Teknologi Terintegrasi

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

PKS Kaji Usulan Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

Selengkapnya