Berita

Pasukan China dan India/Net

Dunia

Global Times: China Bisa Membuat India Lebih Menderita

SELASA, 01 SEPTEMBER 2020 | 10:03 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

India seharusnya tidak boleh berpikir akan mendapatkan bantuan dari Amerika Serikat (AS) jika terlibat konflik dengan China. Sebaliknya, New Delhi akan merasakan menderita kerugian yang parah jika berani melawan Beijing.

Begitu peringatan yang muncul dalam kolom surat kabar Global Times yang didukung oleh pemerintah China pada Selasa (1/9).

Peringatan tersebut muncul setelah pasukan India dan China kembali terlibat bentrokan di perbatasan Himalaya bagian barat pada akhir pekan.

Militer India pada Senin (31/8) mengatakan, insiden tersebut terjadi ketika pasukan China berusaha untuk mengubah status quo, melansir Reuters.

Pada hari yang sama, Kementerian Luar Negeri China berdalih, pasukan perbatasannya belum melewati garis kontrol aktual (LAC) yang sebenarnya.

Kemudian, Global Times dalam editorialnya menyebut, pasukan India lah yang terlebih dulu melakukan tindakan destruktif di perbatasan.

Lebih lanjut, media tersebut mengingatkan India bahwa negara tersebut tengah menghadapi "China yang kuat" dan New Delhi seharusnya tidak memiliki "ilusi" dukungan dari Washington.

"Tetapi jika India ingin terlibat dalam persaingan, China memiliki lebih banyak alat dan kemampuan daripada India. Jika India menginginkan pertarungan militer, PLA (Tentara Pembebasan Rakyat) pasti akan membuat tentara India menderita kerugian yang jauh lebih parah daripada yang terjadi pada 1962," demikian bunyi editorial tersebut.

Global Times merupakan bagian dari People's Daily, surat kabar resmi dari Partai Komunis China.

Ketegangan antara India dan China di perbatasan mengalami peningkatan sejak Mei. Kemudian pada 15 Juni, pasukan kedua negara terlibat bentrokan hebat.

Insiden yang terjadi di dekat Lembah Galwan tersebut membuat 20 tentara India tewas.

Setelahnya, kedua belah pihak setuju untuk mundur setelah bentrokan itu, tetapi Angkatan Darat India menuduh pasukan China melanggar kesepakatan itu selama akhir pekan.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

2.700 Calon Jemaah Haji Jember Mulai Berangkat 20 Mei 2024

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:49

Bertahun Tertunda, Starliner Boeing Akhirnya Siap Untuk Misi Awak Pertama

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:39

Pidato di OECD, Airlangga: Indonesia Punya Leadership di ASEAN dan G20

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:27

Jokowi: Pabrik Baterai Listrik Pertama di RI akan Beroperasi Bulan Depan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:09

Keputusan PDIP Koalisi atau Oposisi Tergantung Megawati

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:49

Sri Mulyani Jamin Sistem Keuangan Indonesia Tetap Stabil di Tengah Konflik Geopolitik Global

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:40

PKB Lagi Proses Masuk Koalisi Prabowo-Gibran

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:26

Menko Airlangga Bahas 3 Isu saat Wakili Indonesia Bicara di OECD

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:11

LPS: Orang yang Punya Tabungan di Atas Rp5 Miliar Meningkat 9,14 Persen pada Maret 2024

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:58

PKS Sulit Gabung Prabowo-Gibran kalau Ngarep Kursi Menteri

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:51

Selengkapnya