Berita

Founder Ibu Profesional, Septi Peni Wulandari dalam Zoom Talk Farah.id bertajuk "Menjadi Ibu Profesional di Masa Sulit Pandemi, Harus Bagaimana?" pada Senin, 31 Agustus 2020/RMOL

Nusantara

Ibu Profesional Di Tengah Pandemik, Ubah Masalah Jadi Tantangan

SENIN, 31 AGUSTUS 2020 | 16:53 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Pandemik Covid-19 bukan hanya mengubah situasi dunia dan negara, namun juga kondisi domestik dalam rumah tangga.

Di tengah pandemik yang mengharuskan anak-anak bersekolah dan orangtua bekerja dari rumah, peran ibu sebagai manajer keluarga sangatlah penting.

Sayangnya, Founder Ibu Profesional, Septi Peni Wulandari mengatakan, banyak ibu yang menganggap pandemik Covid-19 sebagai sebuah masalah sehingga merasa terbebani.


Situasi inilah yang menuntut seorang ibu untuk mengubah pola pikirnya. Lantaran kondisi seorang ibu akan sangat mempengaruhi keluarga.

Ketika seorang ibu melihat situasi pandemik sebagai masalah, maka ia akan lebih banyak mengeluh, jengkel, dan khawatir, sehingga anak-anak dan keluarga akan merasakan hal yang sama. Di sisi lain, imunitas pun akan menurun, katanya.

"Ketika menghadapi tantangan hidup, ubah mindset, there is no problem, but challenge. Karena beda sekali mana yang melihatnya sebagai masalah atau tantangan," ujar Septi dalam Zoom Talk Farah.id bertajuk "Menjadi Ibu Profesional di Masa Sulit Pandemi, Harus Bagaimana?" pada Senin (31/8).

Septi mengatakan, ketika seorang ibu menganggap suatu hal sebagai masalah, maka sifat pesimisme akan muncul. Namun sebaliknya, jika dipandang sebagai tantangan, maka jika optimisme yang akan muncul.

Apabila seorang ibu sudah mampu memandang situasi pandemik Covid-19 sebagai sebuah tantangan. Maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah dengan mengubah konsep bahagia.

"Jadi setelah mengubah mindset tantangan, kita juga harus mengubah konsep bahagia di dalam diri ibu, bahwa bahagia bukan segala sesuatu yang harus berjalan dengan baik, sesuai impian terus menerus," ujar ibu tiga anak tersebut.

Menurut Septi, bahagia adalah bagaimana merespons segala sesuatu yang ada dalam kehidupan dengan pola pikir yang baik.

"Nah sehingga adanya alhamdulillah dan alhamdulillah banget. Adanya bahagia dan bahagia banget, tidak ada bahagia dan susah," sambungnya.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya