Berita

Ilustrasi Jaya Suprana/Net

Jaya Suprana

Bermain Logika Tata Bahasa

JUMAT, 28 AGUSTUS 2020 | 23:36 WIB | OLEH: JAYA SUPRANA

KETIKA 16 Agustus 2020 menulis judul naskah tentang kemubaziran debat capres antara Trump lawan Biden yang sebenarnya sama mubazirnya dengan debat capres di mana pun termasuk di Indonesia, akibat kurang fokus maka saya sempat keliru menulis judul Biar Seru Asal Mubazir padahal seharusnya adalah Biar Mubazir Asal Seru.

Logika

Kekeliruan tersebut membuat saya tertegun kemudian merenung lebih jauh demi mempelajari tentang apa yang di dalam ilmu filsafat termasuk matematika disebut sebagai logika. Ternyata di ranah bahasa khususnya dalam susunan kalimat, logika sangat menentukan apa yang dimaksud oleh sang pembuat kalimat.


Apabila logika tidak diperhatikan dalam menyusun tata letak kata-kata di dalam kalimat maka makna yang dimaksud bisa tergelinjir ke arah yang bukan dimaksud. Seperti naskah yang menyemooh kemubaziran debat capres yang lebih bermanfaat sebagai komoditas industri hiburan ketimbang menemukan capres terbaik berjudul Biar Mubazir Asal Seru langsung maknanya menjadi meleset dari tujuan apabila ditulis sebagai Biar Seru Asal Mubazir.

Kalimat Biar Mubazir Asal Seru menempatkan seru sebagai tujuan yang menghalalkan segala cara termasuk mubazir demi mencapai tujuan sementara Biar Seru Asal Mubazir justru memposisikan mubazir sebagai tujuan dengan menghalalkan debat capres sekadar sebagai sesuatu yang seru sebagai hiburan belaka.

Perusahaan konsultan politik yang menganut paham Biar Seru Asal Mubazir akan kesulitan menemukan konsumen yang sudi membeli produk jasa mengutamakan keseruan demi mencapai kemubaziran.

Peribahasa

Ternyata kekeliruan judul Biar Seru Asal Mubazir juga menyelinap ke berbagai peribahasa. Semisal Biar Lambat Asal Selamat langsung kacau-makna apabila dibalik menjadi Biar Selamat Asal Lambat. Atau Biar Jelek Asal Gengsi langsung ambyar apabila dibalik menjadi Biar Gengsi Asal Jelek. Demikian pula peribahasa Jawa alon-alon asal kelakon langsung berubah sukma apabila berubah menjadi kelakon asal alon-alon.

Nasihat arif-bijaksana satu musuh terlalu banyak, seribu teman masih kurang terkesan menyesatkan andai kata diganti menjadi satu teman terlalu banyak, seribu musuh masih kurang. Demikian pula petunjuk bijak hemat pangkal kaya lenyap sukma maknanya pada saat diubah menjadi kaya pangkal hemat yang memosisikan kaya sebagai dasar sikap hemat.

Pepatah air susu dibalas air tuba melukiskan perilaku membalas kebaikan dengan kejahatan langsung bertolakbelakang makna dengan air tuba dibalas air susu meski belum tentu semua orang suka susu akibat lacto intolerance.

Demikian pula nasihat berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian bermakna bersakit-sakit dahulu bersenang-renang kemudian langsung berlawan arah makna dengan berenang-renang ke hulu, berakit-rakit ke tepian.

Hiburan

Mangan ora mangan asal kumpul melukiskan semangat kebersamaan sementara kumpul ora kumpul asal mangan melukiskan semangat kerakusan. Saya tidak terlalu paham makna guru kencing berdiri, murid kencing berlari sebab janggal kencing dijadikan contoh. Maka saya makin tidak paham makna murid kencing berdiri, guru kencing berlari.

Jangan terlalu euforia bahwa habis gelap terbitlah terang akibat habis terang datanglah gelap. Ada pula pameo yang tidak leluasa bisa dibolak-balik begitu saja seperti anjing menggonggong khafilah berlalu akibat anjing memang bisa berlalu namun lazimnya manusia tidak menggonggong kecuali iseng balas menggonggong terhadap anjing menggonggong.

Pada hakikatnya pemutarbalikan makna kalimat dengan pemutarbalikan letak kata di dalam kalimat memang merupakan suatu bentuk permainan logika yang menyenangkan para homo ludens demi menghibur diri di masa distressed terpaksa mengkarantina diri di dalam rumah masing-masing akibat pageblug Corona.

Entah bagaimana perasaan para virus Corona andaikata dipaksa mengarantina diri masing-masing akibat pageblug wabah Homo Sapiens!

Penulis adalah pembelajar pemikiran termasuk apa yang disebut sebagai logika

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kepuasan Publik Terhadap Prabowo Bisa Turun Jika Masalah Diabaikan

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46

Ini Alasan KPK Hentikan Kasus IUP Nikel di Konawe Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17

PLN Terus Berjuang Terangi Desa-desa Aceh yang Masih Gelap

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13

Gempa 7,0 Magnitudo Guncang Taiwan, Kerusakan Dilaporkan Minim

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45

Bencana Sumatera dan Penghargaan PBB

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27

Agenda Demokrasi Masih Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02

Komisioner KPU Cukup 7 Orang dan Tidak Perlu Ditambah

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45

Pemilu Myanmar Dimulai, Partai Pro-Junta Diprediksi Menang

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39

WN China Rusuh di Indonesia Gara-gara Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33

IACN Ungkap Dugaan Korupsi Pinjaman Rp75 Miliar Bupati Nias Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05

Selengkapnya