Berita

Pesawat mata-mata Amerika Serikat, U-2/Net

Dunia

China Protes, Pesawat Mata-mata AS Masuk Zona Larangan Terbangnya

RABU, 26 AGUSTUS 2020 | 13:36 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

China menyatakan protes tegas kepada Amerika Serikat (AS) yang dituding telah mengirim pesawat pengintai U-2 ke zona larangan terbang (NFZ)-nya.

Kementerian Pertahanan China mengatakan, U-2 terbang tanpa izin di atas (NFZ) di wilayah militer bagian utara tempat Beijing melangsung latihan tembakan langsung pada Selasa (25/8).

"Ini bisa dengan mudah menyebabkan kesalahpahaman atau terjadinya insiden tak terduga," ujar kementerian seperti dikutip Reuters.

"Itu adalah tindakan provokasi telanjang, dan China dengan tegas menentangnya. (China) telah mengajukan representasi tegas dengan pihak AS," tambahnya.

Kementerian menambahkan, langkah AS tersebut bertentangan dengan kesepakatan Beijing dan Washington mengenai kode etik dan norma internasional di udara dan laut.

"China menuntut pihak AS segera menghentikan perilaku provokatif semacam ini dan mengambil langkah nyata untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan," tegas kementerian.

Dalam pernyataan tersebut tidak disebutkan secara pasti di mana insiden tersebut terjadi, namun saat ini China sedang melakukan latihan di Laut Bohai, Laut Kuning, dan Laut China Selatan.

Sementara itu, dalam sebuah pernyataan, militer AS mengatakan, penerbangan U-2 dilakukan di kawasan Indo-Pasifik dan sesuai dengan hukum internasional yang mengatur penerbangan pesawat.

"Personel Angkatan Udara Pasifik akan terus terbang dan beroperasi di mana pun yang diizinkan oleh hukum internasional, pada waktu dan tempo yang kami pilih," jelas militer AS.

Berdasarkan spesifikasinya, pesawat U-2 dapat terbang di ketinggian lebih dari 70 ribu kaki dan dapat melakukan aktivitas pengintaian dari jauh sehingga tidak harus memasuki NFZ.

Dari catatan, China sudah lama mengecam aktivitas pengintaian AS. Pada April 2001, jet tempur China menyergap pesawat mata-mata AS yang mengakibatkan tabrakan. Insiden tersebut membuat pilot China tewas dan pesawat AS melakukan pendaratan darurat di pangkalan Pulau Hainan.

Alhasil, sebanyak 24 awak udara AS ditahan selama 11 hari sampai Washington meminta maaf.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Eko Darmanto Bakal Didakwa Terima Gratifikasi dan TPPU Rp37,7 M

Senin, 06 Mei 2024 | 16:06

Fahri Hamzah: Akademisi Mau Terjun Politik Harus Ganti Baju Dulu

Senin, 06 Mei 2024 | 15:56

Pileg di Intan Jaya Molor Karena Ulah OPM

Senin, 06 Mei 2024 | 15:56

Gaduh Investasi Bodong, Pengamat: Jangan Cuma Nasabah, Bank Juga Perlu Perlindungan

Senin, 06 Mei 2024 | 15:46

Tertinggi dalam Lima Tahun, Ekonomi RI di Kuartal I 2024 Tumbuh 5,11 Persen

Senin, 06 Mei 2024 | 15:46

Parnas Tak Punya Keberanian Usung Kader Internal jadi Cagub/Cawagub Aceh

Senin, 06 Mei 2024 | 15:45

PDIP Buka Pendaftaran Cagub-Cawagub Jakarta 8 Mei 2024

Senin, 06 Mei 2024 | 15:35

Dirut Pertamina: Kita Harus Gerak Bersama

Senin, 06 Mei 2024 | 15:35

Banyak Pelanggan Masih Pakai Ponsel Jadul, Telstra Tunda Penutupan Jaringan 3G di Australia

Senin, 06 Mei 2024 | 15:31

Maju sebagai Cagub Jateng, Sudaryono Dapat Perintah Khusus Prabowo

Senin, 06 Mei 2024 | 15:24

Selengkapnya