Berita

Menteri Perdagangan, Industri, dan Energi Korea Selatan, Yoo Myung-hee bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto saat melakukan pertemuan virtual pada April 2020/Ist

Bisnis

Harapan Kepada Calon Dirjen WTO: Buka Kembali Pasar Sawit Indonesia

SENIN, 24 AGUSTUS 2020 | 16:45 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Evaluasi yang dilakukan oleh lembaga think tank Jerman, Betelsmann Foundation menunjukkan, Menteri Perdagangan Korea Selatan, Yoo Myung-hee masuk ke dalam tiga besar calon Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Evaluasi yang dilakukan oleh tim proyek Global Economic Dynamics (GED) juga menganalisis daya saing dari delapan calon yang dilakukan oleh European University Research Institute (EUI) terhadap 1.092 perwakilan dari negara-negara anggota WTOm pejabat, pakar perdagangan, hingga rekam jejak para kandidat.

Hasil evaluasi yang dirilis pada 16 Agustus tersebut menyebut, Yoo bersama dengan Amina Mohamed dari Kenya dan Tudor Ulianovschi dari Moldova menjadi kandidat paling kuat dan memenuhi kualifikasi, melansir Korean IT Times.

Bethelsmann Foundation sendiri adalah organisasi nirlaba yang melakukan proyek dan penelitian kepentingan publik di bidang politik, masyarakat, dan ekonomi, dan memiliki pengaruh besar secara internasional.

Jika dilihat ke belakang, Yoo dengan 25 tahun pengalaman di dunia perdagangan sudah berhasil mengumpulkan sejumlah pencapaian. Termasuk berhasil menyepakati Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) dengan ASEAN dan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan Indonesia.

Ia adalah tokoh yang berada di belakang mulusnya kerja sama perdagangan antara Indonesia dan Korea Selatan.

Pada November 2019, Yoo bersama dengan Menteri Perdagangan Agus Suparmanto bertemu untuk menandatangani Deklarasi Bersama Penyelesaian Perundingan Indonesia Korea (IK)-CEPA di Busan, Korea Selatan.

IK-CEPA merupakan perjanjian yang lebih luas dari Free Trade Agreement (FTA). Pasalnya, IK-CEPA menyangkut bisang barang, jasa hingga investasi.

Dengan jasa Yoo, Indonesia bisa merambah pasar Korea Selatan lebih luas lagi. Padahal, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2018 menunjukkan, korea Selatan merupakan negara tujuan ekspor dan sumber impor terbesar ke-6 bagi Indonesia.

Total perdagangan kedua negara mencapai 18,6 miliar dolar AS. Komoditas ekspor andalan Indonesia ke Korea Selatan adalah batu bara, karet, kayu lapis, hingga timah.

Selain itu, kedua negara juga tengah menjajaki perluasan pasar kelapa sawit.

Korea Selatan bahkan diketahui memiliki investasi yang sangat besar di sektor kelapa sawit Indonesia.  PT SKC Bioner Technologi asal Korea Selatan diperkirakan menginvestasikan dana sebesar Rp 200 miliar untuk pengelolaan sawit di Pekanbaru, Provinsi Riau.

Sebagai investor, Korea Selatan mengetahui betul potensi kelapa sawit Indonesia. Sehingga bukan tidak mungkin, jika Yoo terpilih menjadi Dirjen WTO, ekspor kelapa sawit Indonesia yang terhambat di dunia internasional bisa segera dipulihkan.

Minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) saat ini mendapatkan tantangan yang besar dari Eropa. Produk CPO Indonesia dan beberapa negara lain, termasuk Malaysia dilarang masuk ke pasar Eropa dengan alasan kurang ramah lingkungan.

Pembakaran lahan gambut menjadi salah satu alasan Uni Eropa menolak sawit Indonesia.

Baik Indonesia maupun Malaysia telah berulang kali menyatakan ketidakadilan atas keputusan Uni Eropa. Bahkan, pada 2019, Uni Eropa mengenakan bea masuk yang tinggi hingga 18 persen untuk produk-produk biodiesel asal Indonesia.

Berbagai solusi telah dilakukan untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Namun hingga saat ini belum ada hasil. Alih-alih, muncul gagasan untuk melakukan pembalasan boikot Indonesia terhadap produk Uni Eropa.

Kerja sama yang dilakukan oleh Korea Selatan dengan Indonesia, terutama yang digawangi oleh Yoo telah menghasilkan banyak hal. Yoo sendiri saat ini menjadi masih menjabat sebagai Menteri Perdagangan, Industri, dan Energi Korea Selatan.

Kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto pada April, ia menyampaikan komitmen Korea Selatan untuk memberikan bantuan sebesar 500 ribu dolar AS untuk penanggulangan pandemik Covid-19.

Bergabungnya Yoo sebagai Dirjen WTO diharapkan bisa membuka kembali gerbang sawit Indonesia, terlebih banyak investasi Korea Selatan.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Eko Darmanto Bakal Didakwa Terima Gratifikasi dan TPPU Rp37,7 M

Senin, 06 Mei 2024 | 16:06

Fahri Hamzah: Akademisi Mau Terjun Politik Harus Ganti Baju Dulu

Senin, 06 Mei 2024 | 15:56

Pileg di Intan Jaya Molor Karena Ulah OPM

Senin, 06 Mei 2024 | 15:56

Gaduh Investasi Bodong, Pengamat: Jangan Cuma Nasabah, Bank Juga Perlu Perlindungan

Senin, 06 Mei 2024 | 15:46

Tertinggi dalam Lima Tahun, Ekonomi RI di Kuartal I 2024 Tumbuh 5,11 Persen

Senin, 06 Mei 2024 | 15:46

Parnas Tak Punya Keberanian Usung Kader Internal jadi Cagub/Cawagub Aceh

Senin, 06 Mei 2024 | 15:45

PDIP Buka Pendaftaran Cagub-Cawagub Jakarta 8 Mei 2024

Senin, 06 Mei 2024 | 15:35

Dirut Pertamina: Kita Harus Gerak Bersama

Senin, 06 Mei 2024 | 15:35

Banyak Pelanggan Masih Pakai Ponsel Jadul, Telstra Tunda Penutupan Jaringan 3G di Australia

Senin, 06 Mei 2024 | 15:31

Maju sebagai Cagub Jateng, Sudaryono Dapat Perintah Khusus Prabowo

Senin, 06 Mei 2024 | 15:24

Selengkapnya