Berita

Michael Gunter, profesor sosiologi dan ilmu politik AS/Net

Dunia

Akademisi AS Sebut Muslim Turki Adalah Musuh Historis Barat

JUMAT, 21 AGUSTUS 2020 | 07:57 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Sebuah fakta baru diungkap oleh seorang akademisi  AS mengenai tragedi pembunuhan orang-orang Armenia di zaman Kekaisaran Ottoman Turki.

Michael Gunter, profesor sosiologi dan ilmu politik AS, berargumen bahwa tidak ada dokumen yang membuktikan bahwa pembunuhan orang-orang Armenia adalah kebijakan resmi Kekaisaran Ottoman pada 1915.

Berbicara di Yayasan Keamanan Turki-Amerika (TASFO), Gunter yang berasal dari Universitas Teknologi Tennessee menjelaskan bahwa dokumen terkenal yang diterbitkan oleh penulis Armenia Aram Andonian pada tahun 1919 untuk membuktikan pembantaian yang disengaja, adalah palsu.

Setelah melakukan penelitian tentang peristiwa 1915, Gunter mengatakan klaim Armenia memiliki audiens yang lebih besar karena orang-orang Armenia Kristen mendapatkan lebih banyak simpati di Barat Kristen.

"Juga, Muslim Turki adalah musuh historis Barat. Karena orang Armenia juga berbicara bahasa Barat lebih baik daripada bahasa Turki, mereka dapat menyampaikan pesan mereka kepada Barat dengan lebih baik," jelas Gunter, seperti dikutip dari AA, Kamis (19/8).

Gunter berharap dialog akademis akan segera dimulai antara pendukung tesis Turki dan Armenia di AS. Dia menunjukkan bahwa Turki-Amerika akan bersedia melakukannya, sebaliknya Armenia-Amerika tidak pernah menerima upaya seperti itu.

Dia menekankan bahwa banyak orang Armenia di bagian barat Kekaisaran Ottoman belum dideportasi, menambahkan bahwa beberapa orang Armenia telah membunuh Muslim yang tidak bersalah selama beberapa dekade tanpa interupsi.

“Agar genosida ada secara legal dalam hukum internasional, perencanaan atau perencanaannya harus dibuktikan, dan itu belum terbukti soal ini,” ujarnya.

Posisi Turki pada peristiwa 1915 adalah bahwa kematian orang-orang Armenia di Anatolia timur terjadi ketika beberapa dari mereka berpihak pada invasi Rusia dan memberontak melawan pasukan Ottoman.  Relokasi orang Armenia berikutnya mengakibatkan banyak korban.

Turki keberatan dengan penyajian insiden ini sebagai "genosida", mereka lebih menggambarkannya sebagai tragedi di mana kedua belah pihak menderita korban.

 Ankara telah berulang kali mengusulkan pembentukan komisi bersama sejarawan dari Turki dan Armenia serta pakar internasional untuk menangani masalah tersebut.

Populer

Demo di KPK, GMNI: Tangkap dan Adili Keluarga Mulyono

Jumat, 20 September 2024 | 16:22

Mantan Menpora Hayono Isman Teriak Tanah Keluarganya Diserobot

Jumat, 20 September 2024 | 07:04

KPK Ngawur Sebut Tiket Jet Pribadi Kaesang Rp90 Juta

Rabu, 18 September 2024 | 14:21

Kaesang Kucing-kucingan Pulang ke Indonesia Naik Singapore Airlines

Rabu, 18 September 2024 | 16:24

Fufufafa Diduga Hina Nabi Muhammad, Pegiat Medsos: Orang Ini Pikirannya Kosong

Rabu, 18 September 2024 | 14:02

Kaesang Bukan Nebeng Private Jet Gang Ye, Tapi Pinjam

Rabu, 18 September 2024 | 03:13

Diungkap Roy Suryo, Fufufafa Rajin Akses Situs Porno Lokal dan Mancanegara

Senin, 16 September 2024 | 07:44

UPDATE

Pemindahan IKN Diklaim Disetujui Rakyat, Prabowo Harus Melanjutkan

Kamis, 26 September 2024 | 23:57

Astrid Nadya Kembali Terpilih sebagai Presiden OIC Youth Indonesia

Kamis, 26 September 2024 | 23:44

Kapolri Dorong Korlantas Terus Berinovasi

Kamis, 26 September 2024 | 23:21

Pasangan RIDO Bakal Berdayakan Pensiunan ASN untuk Menghijaukan Jakarta

Kamis, 26 September 2024 | 22:47

Peserta Pilgub Sumut Agar Adu Gagasan, Bukan ‘Gas-Gasan’

Kamis, 26 September 2024 | 22:21

Punya Empat Lawan, Elektabilitas Agung-Markarius Sudah di Atas 50 Persen

Kamis, 26 September 2024 | 22:20

KPK Cekal 3 Tersangka Suap IUP Kaltim

Kamis, 26 September 2024 | 22:07

Kejati Sumut Tahan 5 Tersangka Dugaan Korupsi PT Angkasa Pura II Kuala Namu

Kamis, 26 September 2024 | 21:55

Lewat Hilirisasi, Jokowi Dinilai Sukses Jaga Stabilitas Ekonomi

Kamis, 26 September 2024 | 21:46

Pernah Tempati Asrama Muhammadiyah, Aktivis Ciputat Ini Kini Dilantik jadi Anggota DPRD Labura

Kamis, 26 September 2024 | 21:44

Selengkapnya