Berita

Ilustrasi/Net

Kesehatan

Peneliti Kesehatan China Berhasil Temukan Formula Untuk Prediksi Penyakit Alzheimer Lebih Awal

SABTU, 15 AGUSTUS 2020 | 11:08 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Untuk pertama kalinya di dunia para peneliti China telah menemukan biomarker penyakit Alzheimer, sehingga memungkinkan untuk memprediksi penyakit tersebut hingga tujuh tahun sebelum diderita oleh pasien.

Science and Technology Daily melaporkan pada hari Kamis (13/8) bahwa protein sinaptik neuro-exosomal darah dapat digunakan sebagai penanda biologis untuk memprediksi penyakit Alzheimer dengan tingkat akurasi sekitar 87 hingga 89 persen.

Terobosan penemuan ini dibuat oleh tim yang dipimpin oleh Profesor Jia Jianping dari Universitas Kedokteran Rumah Sakit Xuanwu yang berbasis di Beijing, dan dirilis di majalah Alzheimer & Demensia, berjudul 'Protein sinaptik neuro-eksosomal darah memprediksi penyakit Alzheimer pada tahap tanpa gejala'.

Penelitian telah berlangsung selama 10 tahun saat tim secara acak mengunjungi orang-orang dengan fungsi kognitif normal selama lima hingga tujuh tahun, yang melibatkan 739 subjek. Mereka menyimpulkan bahwa protein sinaptik neuro-exosomal darah dapat digunakan sebagai penanda biologis untuk memprediksi penyakit Alzheimer dan gejala gangguan kognitif ringan hingga tujuh tahun sebelum dampaknya menjadi lebih serius.

Jia mengatakan kepada media bahwa temuan tersebut telah membantu mendapatkan waktu untuk penemuan awal penyakit ini, menambah efisiensi pengobatan dan dengan demikian mengurangi jumlah kasus.

Menurut data dari laporan pertama Tiongkok tentang situasi hidup pasien penyakit Alzheimer yang dirilis pada Januari lalu, China memiliki jumlah penderita penyakit Alzheimer terbesar di dunia dengan tingkat pertumbuhan tercepat. Bahkan jumlah pasien saat ini lebih dari 10 juta dan diperkirakan mencapai 40 juta pada tahun 2050,  

Penyakit Alzheimer adalah salah satu penyakit paling menonjol yang mempengaruhi kesehatan dan kualitas hidup manula, tetapi masih belum ada obat yang efektif untuk itu, dan banyak obat potensial gagal karena kebanyakan pasien berada di masa-masa akhir kehidupan mereka. Pencegahan dini penyakit dapat menunda gejala, menurut Science and Technology Daily.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

2.700 Calon Jemaah Haji Jember Mulai Berangkat 20 Mei 2024

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:49

Bertahun Tertunda, Starliner Boeing Akhirnya Siap Untuk Misi Awak Pertama

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:39

Pidato di OECD, Airlangga: Indonesia Punya Leadership di ASEAN dan G20

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:27

Jokowi: Pabrik Baterai Listrik Pertama di RI akan Beroperasi Bulan Depan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:09

Keputusan PDIP Koalisi atau Oposisi Tergantung Megawati

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:49

Sri Mulyani Jamin Sistem Keuangan Indonesia Tetap Stabil di Tengah Konflik Geopolitik Global

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:40

PKB Lagi Proses Masuk Koalisi Prabowo-Gibran

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:26

Menko Airlangga Bahas 3 Isu saat Wakili Indonesia Bicara di OECD

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:11

LPS: Orang yang Punya Tabungan di Atas Rp5 Miliar Meningkat 9,14 Persen pada Maret 2024

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:58

PKS Sulit Gabung Prabowo-Gibran kalau Ngarep Kursi Menteri

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:51

Selengkapnya