Berita

Tim medis di sebuah rumah sakit di Milan, Italia/Net

Dunia

Peneliti Italia Ungkap Fakta Mengejutkan, Pasien Yang Sembuh Dari Covid-19 Rentan Terkena Gangguan Kejiwaan

SELASA, 04 AGUSTUS 2020 | 08:33 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Para peneliti di Rumah Sakit San Raffaele Milan mengungkap sebuah fakta baru yang mengejutkan. Mereka menyebut sebagian besar survivor atau orang-orang yang sembuh dari Covid-19 menderita tingkat gangguan kejiwaan yang lebih tinggi termasuk stres pasca-trauma (PTSD), kecemasan, insomnia, dan depresi.

Survei menunjukkan bahwa lebih dari setengah 402 pasien yang dipantau setelah dirawat karena virus, mengalami setidaknya satu dari gangguan ini secara proporsional dengan tingkat keparahan peradangan selama penyakit.

Para pasien yang terdiri dari 265 pria dan 137 wanita diperiksa pada tindak lanjut satu bulan setelah perawatan di rumah sakit.

"Jelas sekali, bahwa peradangan yang disebabkan oleh penyakit ini juga dapat berakibat pada tingkat psikiatri," kata profesor Francesco Benedetti, ketua kelompok Unit Penelitian Psikiatri dan Psikologi Klinis di San Raffaele, dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Reuters, Senin (3/8).

Laporan ini diterbitkan pada hari Senin di jurnal ilmiah Brain, Behavior and Immunity.

Berdasarkan wawancara klinis dan kuesioner penilaian diri, dokter menemukan PTSD pada 28 persen kasus, depresi pada 31 persen, kecemasan pada 42 persen pasien dan insomnia pada 40 persen, dan akhirnya gejala obsesif-kompulsif pada 20 persen.

Studi ini menunjukkan bahwa wanita lebih rentan menderita kecemasan dan depresi, meskipun tingkat keparahan infeksi lebih rendah, kata pernyataan itu.

"Kami berhipotesis bahwa ini mungkin disebabkan oleh perbedaan fungsi sistem kekebalan tubuh," kata Profesor Benedetti.

Akhirnya, dampak kejiwaan yang kurang serius telah ditemukan pada pasien rawat inap daripada pada pasien rawat jalan.

Konsekuensi psikiatrik dari Covid-19 dapat disebabkan oleh respon imun terhadap virus itu sendiri dan oleh faktor-faktor stres psikologis seperti stigma, isolasi sosial dan kekhawatiran bahwa dirinya akan menginfeksi orang lain, katanya.

Hasilnya akan menggarisbawahi kekhawatiran yang berkembang tentang potensi komplikasi kesehatan yang melemahkan bagi penyintas penyakit.

Awal bulan ini, para ilmuwan memperingatkan kemungkinan gelombang kerusakan otak terkait virus corona pada orang yang menderita penyakit itu.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Lanal Banten dan Stakeholder Berjibaku Padamkan Api di Kapal MT. Gebang

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:55

Indonesia Tetapkan 5,5 Juta Hektare Kawasan Konservasi untuk Habitat Penyu

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:41

Kepercayaan Global Terus Meningkat pada Dunia Pelayaran Indonesia

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:27

TNI AU Distribusikan Bantuan Korban Banjir di Sulsel Pakai Helikopter

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:05

Taruna Jadi Korban Kekerasan, Alumni Minta Ketua STIP Mundur

Minggu, 05 Mei 2024 | 18:42

Gerindra Minta Jangan Adu Domba Relawan dan TKN

Minggu, 05 Mei 2024 | 18:19

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Jadi Lokasi Mesum, Satpol PP Bangun Posko Keamanan di RTH Tubagus Angke

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:24

Perbenihan Nasional Ikan Nila Diperluas untuk Datangkan Cuan

Minggu, 05 Mei 2024 | 16:59

Komandan KRI Diponegoro-365 Sowan ke Pimpinan AL Cyprus

Minggu, 05 Mei 2024 | 16:52

Selengkapnya