Berita

Dutabesar China untuk Inggris, Liu Xiaoming/Net

Dunia

Merasa Selalu Dikambinghitamkan, China: AS Ciptakan Perang Dingin Baru

KAMIS, 30 JULI 2020 | 20:27 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

China merasa tidak adil dengan tindakan Amerika Serikat (AS) yang selalu menuduhnya dalam berbagai isu. Menurut China, itu hanya bagian dari cara Presiden Donald Trump untuk meningkatkan dukungan menjelang pemilihan presiden.

Dutabesar China untuk Inggris, Liu Xiaoming menuding AS telah memicu Perang Dingin baru dengan selalu mengkambinghitamkan negaranya.

"Bukan China yang menjadi asertif. Itu adalah negara lain di Samudra Pasifik yang ingin memulai Perang Dingin baru dengan China, jadi kami harus menanggapinya," ujar Liu, merujuk pada wilayah AS.


"Kami tidak tertarik pada Perang Dingin. Kami tidak tertarik pada perang apapun," imbuhnya kepada wartawan pada Kamis (30/7), melansir Reuters.

Banyak bukti yang menunjukkan AS berusaha memicu Perang Dingin dengan China, kata Liu. Misalnya dengan memulai perang dagang yang tidak akan pernah menghasilkan "pemenang" dan menyebut virus corona baru sebagai "Virus China".

"Kita semua telah melihat apa yang terjadi di Amerika Serikat, mereka mencoba untuk mengkambinghitamkan China, mereka ingin menyalahkan China atas masalah mereka. Kita semua tahu ini adalah tahun pemilihan," terang Liu.

Dalam komentarnya, Liu tidak menyebutkan Trump atau calon Presiden AS dari Partai Demokrat, Joe Biden. Namun ia mengatakan beberapa politisi AS melakukan apapun agar bisa terpilih, salah satunya dengan memperlakukan China sebagai musuh.

"Mungkin mereka berpikir mereka membutuhkan musuh, mereka pikir mereka menginginkan Perang Dingin tetapi kami tidak tertarik. Kami terus mengatakan kepada Amerika, "China bukan musuh Anda, China adalah teman Anda, mitra Anda"," jelasnya.

Pada awal Juli, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo mengatakan pihaknya sedang membangun koalisi global untuk melawan China yang menurutnya telah mengeksploitasi pandemik Covid-19 demi kepentingan sendiri.

Dan tampaknya koalisi tersebut mulai terbentuk. Pasalnya, Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson telah memutuskan untuk menarik perusahaan teknologi raksasa China, Huawei dari proyek jaringan 5G-nya.

Selain itu, Inggris juga memberlakukan tanggapan keras terhadap UU keamanan nasional yang diterapkan Beijing pada Hong Kong, sesuatu yang membuat China semakin geram.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Demokrat: Tidak Benar SBY Terlibat Isu Ijazah Palsu Jokowi

Rabu, 31 Desember 2025 | 22:08

Hidayat Humaid Daftar Caketum KONI DKI Setelah Kantongi 85 Persen Dukungan

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:57

Redesain Otonomi Daerah Perlu Dilakukan untuk Indonesia Maju

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:55

Zelensky Berharap Rencana Perdamaian Bisa Rampung Bulan Depan

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:46

Demokrasi di Titik Nadir, Logika "Grosir" Pilkada

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:37

Demokrat: Mari Fokus Bantu Korban Bencana, Setop Pengalihan Isu!

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:35

Setoran Pajak Jeblok, Purbaya Singgung Perlambatan Ekonomi Era Sri Mulyani

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:14

Pencabutan Subsidi Mobil Listrik Dinilai Rugikan Konsumen

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:02

DPRD Pastikan Pemerintahan Kota Bogor Berjalan

Rabu, 31 Desember 2025 | 20:53

Refleksi Tahun 2025, DPR: Kita Harus Jaga Lingkungan!

Rabu, 31 Desember 2025 | 20:50

Selengkapnya