Berita

Ilustrasi Jaya Suprana/Net

Jaya Suprana

Heboh Dinasti Politik

SELASA, 28 JULI 2020 | 19:29 WIB | OLEH: JAYA SUPRANA

DI masa pageblug corona muncul sebuah istilah baru, yaitu Dinasti Politik. Sebuah istilah yang sebenarnya sudah pernah popular di Indonesia pada masa akhir Orba. Hanya dahulu tampil dengan istilah beda yaitu nepotisme. Baik nepotisme mau pun dinasti politik memicu kehebohan tersendiri pada masa masing-masing. Sebenarnya baik nepotisme mau pun dinasti politik tidak perlu terlalu dihebohkan karena sama-sama bisa bernilai baik mau pun buruk tergantung bagaimana pendayagunaannya.

Wajar

Secara kodrati segenap mahluk hidup termasuk manusia diberi anugrah naluri survival dengan mengutamakan sanak keluarga diri sendiri. Sejak manusia mulai hidup berkelompok wajar senantiasa mengutamakan sanak-keluarga sendiri ketimbang orang lain, terutama justru demi mempertahankan mau pun pembagian serta pewarisan kekuasaan. Dinasti politik sudah wajar hadir pada masa awal lembaga kekuasaan yang disebut sebagai kerajaan.

Bahkan pada negara yang dianggap demokratis seperti Amerika Serikat tampak jelas dinasti politik berada di tangan keluarga Kennedy, Bush, Clinton, Trump dan lain-lain keluarga yang sedemikian berkuasa sehingga mampu menyembunyikan diri sehingga tidak ketahuan bahwa mereka berkuasa mengendalikan kekuasaan di depan layar dari belakang layar.

Isteri Mao Zedong berkuasa absolut bahkan melebihi suaminya pada masa Revolusi Krbudayaan Republik Rakyat China. Serupa meski tak sama dengan dinasti Nehru dan Gandhi di India atau dinasti Bhutto di Pakistan.

Di Myanmar dinasti kekuasaan dikuasai keluarga besar Aungsan. Singapura jelas didominir dinasti politik keluarga besar the founding father: Lee Kwan Yew. Istilah nepotisme berasal dari Vatikan abad pertengahan. Tokoh pemimpin bangsa yang tidak membangun dinasti politik mungkin cuma Adolf Hitler dan Joseph Stalin akibat terlalu rakus kekuasaan sehingga tidak sudi berbagi kekuasaan dengan siapa pun termasuk sanak-keluarga sendiri.

Indonesia

Di Indonesia Soekarno adalah presiden pertama yang dilanjutkan oleh Megawati Soekarnoputeri sebagai Presiden IV yang sedang mempersiapkan putrinya, Puan Maharani Nakshatra Kusyala Devi yang sekarang Ketua DPR RI untuk duduk di takhta singgasana kepresidenan RI.

Presiden Soeharto mengangkat putrinya, Siti Hardijanti Rukmana menjadi Menteri Sosial pada Kabinet Pembangunan VII. Presiden V Republik Indonesia. Prof DR. Soesilo Bambang Yudhoyono sedang seksama mempersiapkan putra sulungnya, Agus Harimurti Yudhoyono untuk mempimpin bangsa, negara dan rakyat Indonesia. Wajar, putra sulung presiden VI Indonesia, Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka juga mulai meniti kariernya sebagai Calon Walikota Solo. Sementara Bobby Nasution sebagai menantu Joko Widodo siap bertarung di Pilkada sebagai calon walikota Medan. Perjalanan seribu kilometer harus diawali dengan satu langkah saja.

Konstitusi

Dinasti politik mustahil dapat diatasi dengan hanya menyerahkannya kepada suara hati nurani penguasa saja. Apa boleh buat, selama belum resmi dilarang secara konstitusional maka dinasti politik senantiasa memicu kehebohan. Maka perlu dibentuk suatu mekanisme pengawasan demi mencegah jangan sampai kekuasaan disalahgunakan oleh mereka yang mabuk kekuasaan sehingga lupa daratan merugikan kepentingan negara, bangsa dan rakyat.

Apabila dinasti politik memang dianggap sudah terlalu merajalela lepas kendali maka lebih bijak apabila resmi disusun UU Anti Nepotisme seperti UU Anti Korupsi dan UU Anti Diskriminasi lengkap dengan kejelasan dan ketegasan segenap kriteria larangan mau pun sanksi-sanksinya. MERDEKA!

Penulis adalah pembelajar filsafat kekuasaan Bertrand Russel

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Misi Dagang ke Maroko Catatkan Transaksi Potensial Rp276 Miliar

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:51

Zita Anjani Bagi-bagi #KopiuntukPalestina di CFD Jakarta

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:41

Bapanas: Perlu Mental Berdikari agar Produk Dalam Negeri Dapat Ditingkatkan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:33

Sadiq Khan dari Partai Buruh Terpilih Kembali Jadi Walikota London

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:22

Studi Privat Dua Hari di Taipei, Perdalam Teknologi Kecantikan Terbaru

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:14

Kekuasaan Terlalu Besar Cenderung Disalahgunakan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:09

Demi Demokrasi Sehat, PKS Jangan Gabung Prabowo-Gibran

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:04

Demonstran Pro-Palestina Lakukan Protes di Acara Wisuda Universitas Michigan

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:57

Presidential Club Patut Diapresiasi

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:37

PKS Tertarik Bedah Ide Prabowo Bentuk Klub Presiden

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:11

Selengkapnya