Berita

Diskusi daring yang diselenggarakan Jas Merah bertema Huru-hara di Pengujung Orba, Refleksi Peristiwa 27 Juli 1996/Ist

Politik

Sejarawan: Represi Orba Terjadi Sejak 1965, Puncaknya Kudatuli

SENIN, 27 JULI 2020 | 20:47 WIB | LAPORAN: DIKI TRIANTO

Tindakan represi rezim orde baru (Orba) dalam peristiwa kerusuhan 27 Juli 1996 atau Kudatuli sudah berlangsung sejak tiga dekade kekuasaan Soeharto.

Demikian disampaikan sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Asvi Warman dalam diskusi daring bertema 'Huru-hara di Pengujung Orba, Refleksi Peristiwa 27 Juli 1996' yang diselenggarakan Forum Jas Merah, Senin (27/7).

Asvi mencatat, represi yang dilakukan Orba terhadap lawan-lawan politiknya dilakukan sejak rezim ini mulai berada di pusat kekuasaan politik Indonesia. Hal itu ditandai dengan pemberedelan koran-koran yang memberitakan peristiwa 1965.


"Sejak Oktober 1965, orde baru sudah melakukan represi, ditandai dengan pemberedelan sejumlah media massa kecuali koran militer. Jadi sejak awal represi sudah dilakukan oleh Orba dan itu berlanjut terus sepanjang 30 tahun," tutur Asvi.

Dalam upaya melanggengkan kekuasaan, jelasnya, Orba juga tidak menghendaki adanya oposisi, di mana sekitar tahun 1980, ada tiga anak muda di Yogyakarta dihukum penjara lebih dari lima tahun hanya karena menjual buku karangan Pramoedya Ananta Toer yang dilarang rezim Orba.

Di sisi lain, dalam kasus Partai Demokrasi Indonesia (PDI), ada keresahan penguasa lantaran perolehan suara PDI dalam pemilu mulai naik, terutama sejak tahun 1987-1992. Kenaikan suara PDI terjadi karena kampanye oleh dua anak Soekarno, yakni Megawati Soekarnoputri dan Guruh Soelarnoputra sejak 1987.

"Hal ini kemudian membuat rezim penguasa resah," jelasnya.

Puncaknya terjadi dalam perpecahan internal PDI yang dinilai sebagai rekayasa rezim saat itu yang makin menghangat pada Juli 1996. Kubu pro Megawati menggelar mimbar demokrasi selama tiga minggu berturut-turut di depan kantor PDI di Jalan Diponegoro.

"Mimbar demokrasi yang mengkritik pemerintah secara terbuka ini sangat menakutkan bagi rezim Soeharto. Kemudian terjadilah peristiwa 27 Juli 1996," tandasnya.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya