Berita

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nadiem Makarim/Net

Politik

Ubedilah Badrun: 'Ada Gula Merah Di Balik Klepon' Kalau Jokowi Pertahankan Nadiem Makarim

MINGGU, 26 JULI 2020 | 18:17 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Keputusan Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dan PGRI resmi menarik diri dari program organisasi penggerak (POP) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dinilai menambah sengkarutnya kekacauan kebijakan Kemendikbud di bawah kepemimpinan Nadiem Makarim.

Terlebih program POP yang berpolemik tersebut justru menggandeng organisasi CSR milik perusahaan swasta sekelas Tanoto Foundation dan Sampoerna untuk pelatihan guru.

"Betapa tidak kacau, organisasi CSR perusahaan besar diberi bantuan puluhan miliar untuk meningkatkan kualitas guru-guru. Mestinya CSR membantu negara benahi dunia pendidikan dengan biaya mandiri, bukan menggunakan uang negara. Organisasi besar seperti NU dan Muhammadiyah justru diabaikan dan dikerdilkan," ucap analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (26/7).

Kekacauan kebijakan Nadiem juga terjadi sejak kebijakan merdeka belajar. Kebijakan tersebut selain mencaplok slogan sebuah sekolah swasta, juga dinilai gagah di istilah tetapi keropos di substansi.

"Perbedaan tafsir di perguruan tinggi, ada semacam tambal sulam turunan ide lama dikemas dengan label merdeka belajar, jadi buang-buang energi saja, buang-buang anggaran karena mengerjakan ulang sesuatu yang sudah dikerjakan dan merusak visi pendidikan secara substantif," sambung Ubedilah.

Selain itu, gaya manajemen kementerian juga dinilai tidak terbuka dan menyalahi prinsip-prinsip open government. Nadiem, jelasnya, terlihat terbuka di muka umum, tapi praktiknya di Kemendikbud sangat tertutup.

"Struktur birokrasi di Kemendikbud sangat sulit melakukan diskusi terbuka dan jujur dengan menterinya, tembok staf ahli menteri begitu kuat menutup akses menyangkut langkah-langkah penting, misalnya terkait perguruan tinggi," jelasnya.

Tak hanya itu, Ubedilah juga menilai mantan bos Gojek itu lambat merespons dampak Covid-19 terhadap mahasiswa perguruan tinggi negeri maupun swasta. Di mana, lebih dari 50 persen mahasiswa mengalami problem ekonomi serius sampai saat ini. Di kampus-kampus masih terjadi gejolak protes soal Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan sumbangan pendidikan. Gejolak protes mahasiswa ini juga luput dari perhatian media massa.

Sengkarut juga terjadi dalam sikap Mendikbud Nadiem yang tidak jelas terhadap sejumlah kasus rektor, dari soal plagiarisme sampai soal gratifikasi THR.

"Tidak ada ketegasan dan kejelasan sikap. Nadiem cenderung membiarkan, padahal itu menyangkut urgensi integritas yang sering didengung-dengungkan Jokowi dan Nadiem," terang Ubedilah.

Dengan demikian, dari berbagai macam sengkarut di tubuh Kemendikbud sudah cukup menjadi alasan bagi Presiden Jokowi untuk mencopot Nadiem.

"Mendikbud hanya menjadi beban Presiden, untuk apa dipertahankan? Kalau masih dipertahankan, berarti membenarkan asumsi naiknya Nadiem jadi Mendikbud 'ada udang di balik batu' atau 'ada gula merah di balik klepon'," pungkas Ubedilah.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

2.700 Calon Jemaah Haji Jember Mulai Berangkat 20 Mei 2024

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:49

Bertahun Tertunda, Starliner Boeing Akhirnya Siap Untuk Misi Awak Pertama

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:39

Pidato di OECD, Airlangga: Indonesia Punya Leadership di ASEAN dan G20

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:27

Jokowi: Pabrik Baterai Listrik Pertama di RI akan Beroperasi Bulan Depan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:09

Keputusan PDIP Koalisi atau Oposisi Tergantung Megawati

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:49

Sri Mulyani Jamin Sistem Keuangan Indonesia Tetap Stabil di Tengah Konflik Geopolitik Global

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:40

PKB Lagi Proses Masuk Koalisi Prabowo-Gibran

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:26

Menko Airlangga Bahas 3 Isu saat Wakili Indonesia Bicara di OECD

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:11

LPS: Orang yang Punya Tabungan di Atas Rp5 Miliar Meningkat 9,14 Persen pada Maret 2024

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:58

PKS Sulit Gabung Prabowo-Gibran kalau Ngarep Kursi Menteri

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:51

Selengkapnya