Berita

Pengamat pertanian dan pedesaan Institut Pertanian Bogor (IPB), Sofyan Sjaf/Rep

Nusantara

Pengamat Pertanian Dan Pedesaan: 57 Persen Data BLT Desa Salah

SABTU, 25 JULI 2020 | 14:59 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Kebijakan pemulihan ekonomi nasional dari segi Bantuan Langsung Tunai (BLT) akibat pandemik virus corona baru (Covid-19) dikritisi pengamat pertanian dan pedesaan Institut Pertanian Bogor (IPB), Sofyan Sjaf.

Kepala Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3-IPB) itu mengatakan, ada problem pendataan yang terdapat di dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) milik pemerintah pusat dengan data yang dimiliki pemerintah desa.

"DTKS mengingatkan kita bahwa problematika yang terjadi adalah data yang diberikan pemerintah dan data riil yang dimiliki oleh orang desa tidak sama," ujar Sofyan Sjaf dalam diskusi virtual Populi Center Smart FM bertajuk "Menanti Gebrakan Komite Pemulihan Ekonomi", Sabtu (25/7).


Persoalan inilah yang menurut Sofyan Sjaf menjadikan penyaluran BLT desa sulit dikerjakan oleh otoritas pemerintah setempat. Karena pemerintah pusat tidak memperbaharui atau kurang update data masyarakat yang terdampak Covid-19.

"Kalau pun juga BLT dilakukan maka desa enggak siap dengan datanya," sambungnya.

Berdasarkan hasil kajian lembaganya, Sofyan Sjaf menyebutkan persentase ketidaksesuaian data yang dimiliki pemerintah pusat dengan pemerintah daerah setempat.

"Riset saya menyatakan, 47,13 persen kebenaran data yang dimiliki pemerintah, 57 persen salah," paparnya.

Oleh sebab itu, Sofyan Sjaf menyarankan agar pemerintah membuat langkah-langkah strategis untuk menangani krisis ekonimi yang merupakan dampak dari krisis kesehatan sekarang ini. Sebab jika itu tidak dilakukan, maka akan mempersulit rakyat.

"Tatangan ekonomi apa yang harus dilakukan adalah kembali ke desa, bangun pertanian, rekrut pemuda desa, tempatkan mereka menjadi socialpreneur, kemudian Kementan dan Kemendes harus turun ke bawah. Dan yang terpenting leadershipnya paham atau tidak," ungkapnya.

"Kalau begini kondisinya ini akan berbahaya kalau menurut saya," tutup Sofyan Sjaf menambahkan.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya