Berita

Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian berbicara kepada wartawan di sebuah sekolah di Mechref pada 24 Juli 2020/Net

Dunia

Menlu Prancis: Lebanon Berada Di Ambang Jurang Tetapi Ada Cara Di Atas Meja Untuk Memperbaikinya

SABTU, 25 JULI 2020 | 07:47 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Prancis berjanji akan memberi suntikan dana sebesar 15 juta euro atau setara dengan 17 juta dolar AS untuk membantu sekolah-sekolah di Lebanon yang terpukul akibat kriris ekonomi yang mencekik negara itu. Prancis tidak akan meninggalkan generasi muda Lebanon, demikian kata Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian saat mengunjungi sebuah sekolah di Mechref, selatan Beirut, pada Jumat (24/7).

Nantinya bantuan keuangan Prancis itu  akan masuk ke lebih dari 50 jaringan sekolah Perancis dan Francophone di negara itu. Pengumuman itu muncul sehari setelah Le Drian memarahi kepemimpinan Lebanon karena gagal mengambil tindakan yang menurutnya diperlukan untuk menyelamatkan negara dari kehancuran.

“Lebanon berada di ambang jurang. Tetapi ada cara di atas meja untuk memperbaiki ini,” katanya, seperti dikutip dari AFP, Jumat (24/7).

Selama kunjungan itu, Le Drian mengatakan Lebanon berada di daftar negara prioritas Perancis untuk bantuan kemanusiaan, menambahkan bahwa negaranya sudah menyumbangkan 50 juta euro atau setara 58 juta dolar terutama pada sektor kesehatan untuk menangani tantangan virus corona .

Sektor pendidikan Lebanon telah terpukul keras oleh krisis, banyak sekolah-sekolah di negara itu dipaksa untuk membiarkan guru dan administrator pergi dan banyak sekolah yang menghadapi risiko penutupan. Akibat mahalnya biaya pendidikan di sekolah swasta telah menyebabkan banyak dari mereka yang beralih ke sekolah negeri  yang sudah terlalu padat.

Krisis ekonomi telah memengaruhi hampir semua aspek kehidupan di Lebanon , sebuah negara kecil di Mediterania yang sejak lama dianggap sebagai negara berpenghasilan menengah. Krisis keuangan parah di Lebanon menimbulkan kenaikan angka penggangguran mencapai 30 persen dan hampir setengah dari populasi penduduk Lebanon yang 5 juta jiwa hidup dalam kemiskinan.

Le Drian, yang tiba pada Rabu malam (22/7) waktu setempat mengatakan Prancis hanya bisa membantu Lebanon menghadapi krisis jika para pejabat negara itu melakukan tugas yang menjadi bagian mereka, ia mendesak para pejabat untuk melakukan reformasi yang sangat dibutuhkan pada situasi seperti saat ini.

Le Drian adalah pejabat senior Barat pertama yang mengunjungi negara yang sedang berjuang melawan krisis ekonomi itu. Dalam pesan-pesan publik yang tegas, ia mendesak para pejabat Lebanon untuk melakukan audit terhadap bank sentral negara itu, mereformasi sektor listrik yang besar.

Prancis adalah bekas kekuatan kolonial di Lebanon dan sebelumnya telah menyelenggarakan konferensi yang menjanjikan bantuan kepada Lebanon dengan syarat negara itu harus melakukan reformasi di sektor publik dan pemerintahan.

Krisis Lebanon berakar pada tahun salah kelola dan korupsi yang merajalela di negara itu, diperburuk sejak pemerintah gagal membayar utang negara pada bulan Maret serta meletusnya pandemik virus corona yang telah menyebabkan pembatasan dimana-mana.

Lebanon menyaksikan protes nasional Oktober lalu setelah pemerintah memungut pajak baru pada layanan pesan WhatsApp sebagai bagian dari upaya untuk memperkenalkan langkah-langkah penghematan. Para pengunjuk rasa menuduh pemerintah salah kelola dan melakukan korupsi selama bertahun-tahun dan akhirnya berujung pada tuntutan agar Presiden Saad Hariri mengundurkan diri.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Misi Dagang ke Maroko Catatkan Transaksi Potensial Rp276 Miliar

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:51

Zita Anjani Bagi-bagi #KopiuntukPalestina di CFD Jakarta

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:41

Bapanas: Perlu Mental Berdikari agar Produk Dalam Negeri Dapat Ditingkatkan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:33

Sadiq Khan dari Partai Buruh Terpilih Kembali Jadi Walikota London

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:22

Studi Privat Dua Hari di Taipei, Perdalam Teknologi Kecantikan Terbaru

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:14

Kekuasaan Terlalu Besar Cenderung Disalahgunakan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:09

Demi Demokrasi Sehat, PKS Jangan Gabung Prabowo-Gibran

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:04

Demonstran Pro-Palestina Lakukan Protes di Acara Wisuda Universitas Michigan

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:57

Presidential Club Patut Diapresiasi

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:37

PKS Tertarik Bedah Ide Prabowo Bentuk Klub Presiden

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:11

Selengkapnya