Mahasiswa demo di Bangkok/Net
Bangkok masih terus bergejolak. Pada Kamis (23/7) ratusan mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa menuntut pembubaran parlemen dan mundurnya Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-o-cha.
Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam organisasi 'Free Youth' berhasil mengumpulkan banyak mahasiswa dari berbagai wilayah di Bangkok. Mereka berteriak menyerukan tuntutan mereka.
Salah seorang pengunjuk rasa mengatakan, mereka meminta dibentuknya konstitusi baru.
"Kami di sini untuk menyerukan adanya konstitusi baru. Karena konstitusi yang ada saat ini tidak mendukung hak dan kebebasan kita. Semua bermula dari kudeta militer pada tahun 2014," ungkap Thanachai Aurlucha, salah seorang pengunjuk rasa, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (24/7).
Kepemimpinan Prayuth terus mendapat perlawanan dalam beberapa bulan terakhir. Sejak pemilu tahun lalu, pengadilan telah membubarkan partai oposisi terbesar kedua di Thailand.
Pembubaran partai oposisi ini kemudian membuat posisi Prayut di pemerintahan menjadi semakin kuat dan sulit digoyang.
Prayut Chan-o-cha, merupakan jenderal militer yang pada tahun 2014 silam memimpin kudeta atas pemerintahan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra.
Salah seorang pengunjuk rasa menyampaikan aksi protes juga menyuarakan soal lapangan pekerjaan dan perekonomian.
"Kami akan lulus tetapi kami tidak tahu bagaimana kami akan mencari nafkah. Jika saya tidak keluar (unjuk rasa) hari ini, tidak akan ada masa depan," kata Fufu, salah seorang pengunjuka rasa.
Sangat disayangkan, para pendemo tidak mengindahkan aturan pembatasan dan jaga jarak sosial. Beberapa juga tidak menggunakan masker. Unjuk rasa di tengah pandemik dengan mengabaikan aturan sangat dikhawatirkan memicu penyebaran virus.
Para penjaga juga nampak tidak terlihat penuh. Aksi unjuk rasa tidak hanya terjadi di Ibukota Thailand tetapi juga terjadi di beberapa wilayah lain seperti Ayutthaya, Khon Kaen, Sakon Nakhon dan Pattani.