Berita

Presiden Jokowi bersama putra sulungnya Gibran Rakabuming Raka/Net

Politik

Soal Anak Presiden Maju Pilwakot Solo, Pengamat: Kasus Korupsi Kutai Timur Contoh Bahayanya Dinasti Politik

SENIN, 20 JULI 2020 | 14:19 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Isu politik dinasti makin santer diperbincangkan publik belakangan ini menyusul pencalonan anak sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) Gibran Rakabuming Raka pada Pilkada Solo 9 Desember mendatang.

Direktur Visi Indonesia Strategis, Abdul Hamid menilai, wajar jika isu dinasti politik makin menggema. Pasalnya, kekhawatiran publik soal upaya penguasa melanggengkan kekuasaannya semakin dipertontonkan.

"Dinasti politik sangat rawan terjadinya penyimpangan kekuasaan," kata Abdul Hamid kepada Kantor Berita Politik RMOL sesaat lalu, Senin (20/7).

Adul Hamid lantas mencontohkan praktik penyelewengan kekuasaan akibat dinasti politik. Baru-baru ini Bupati Kutai Timur, Kalimantan Timur, yang terciduk operasi tangkap tangan (OTT) KPK beberapa waktu lalu adalah contoh yang nyata.

"Bupati Kutai Timur dan Ketua DPRD yang notabene istrinya sendiri. Kasus Kutim adalah bukti nyata dan aktual terkait bahaya dinasti politik," tegasnya.

Meski demikian, pengamat politik ini menilai, dinasti politik ibarat buah simalakama.  

"Secara legal formal syah secara UU. Terutama saat MK membatalkan UU terkait dinasti politik karena pertimbangan HAM. Tapi di sisi lain, secara moral ya menjadi kurang etis," kata Abdul Hamid.

"Dan etika dalam politik inilah yang dewasa ini digerus oleh syahwat kekuasaan," imbuh dia.

Lebih lanjut, Abdul Hamid menyatakan bahwa pencalonan Gibran Rakabuming di Pilwalkot Solo merupakan bentuk nyata dari praktik buruknya etika politik yang syarat dengan politik dinasti.

"Kasus Gibran adalah contoh nyata terabaikannya etika politik dan mengedepankan syahwat politik yakni melanggengkan kekuasaan Jokowi," pungkasnya.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Viral Video Mesum Warga Binaan, Kadiv Pemasyarakatan Jateng: Itu Video Lama

Jumat, 19 April 2024 | 21:35

UPDATE

Satgas Judi Online Jangan Hanya Fokus Penegakkan Hukum

Minggu, 28 April 2024 | 08:06

Pekerja Asal Jakarta di Luar Negeri Was-was Kebijakan Penonaktifan NIK

Minggu, 28 April 2024 | 08:01

PSI Yakini Ekonomi Indonesia Stabil di Tengah Keriuhan Pilkada

Minggu, 28 April 2024 | 07:41

Ganjil Genap di Jakarta Tak Berlaku saat Hari Buruh

Minggu, 28 April 2024 | 07:21

Cuaca Jakarta Hari Ini Berawan dan Cerah Cerawan

Minggu, 28 April 2024 | 07:11

UU DKJ Beri Wewenang Bamus Betawi Sertifikasi Kebudayaan

Minggu, 28 April 2024 | 07:05

Latihan Evakuasi Medis Udara

Minggu, 28 April 2024 | 06:56

Akibat Amandemen UUD 1945, Kedaulatan Hanya Milik Parpol

Minggu, 28 April 2024 | 06:26

Pangkoarmada I Kunjungi Prajurit Penjaga Pulau Terluar

Minggu, 28 April 2024 | 05:55

Potret Bangsa Pasca-Amandemen UUD 1945

Minggu, 28 April 2024 | 05:35

Selengkapnya