Berita

Musim kemarau diprediksi akan terjadi hingga Oktober/Net

Nusantara

Musim Kemarau, BMKG Tetap Peringatkan Potensi Banjir Di Sejumlah Daerah

SENIN, 20 JULI 2020 | 10:27 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Sebagai negara kepulauan yang berada di sekitar garis ekuator dan diapit oleh dua benua dan dua samudra, Indonesia memiliki dinamika cuaca dan iklim yang khas. Pasalnya, setiap daerah memiliki kondisi cuaca yang kontras.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengatakan, dalam beberapa bulan ke depan, beberapa daerah akan mengalami kekeringan dan beberapa lainnya akan mengalami hujan ekstrem hingga potensi banjir.

“Contohnya pada saat musim kemarau melanda hampir di sebagian besar wilayah Indonesia bagian selatan, wilayah Indonesia bagian tengah mulai Sulawesi Tengah, Maluku hingga Papua bagian utara malah berpotensi mendapatkan curah hujan relatif tinggi dalam dua dasarian (20 hari) ke depan,” ujarnya seperti yang dikutip dari laman Setkab, Senin (20/7).


Dari hasil pantauan BMKG, secara keseluruhan, Indonesia masih akan mengalami musim kemarau hingga Oktober.

Dari 342 daerah Zona Musim (OM), sebanyak 64 persen memasuki musim kemarau pada pertengahan Juli, seiring dengan dominannya sirkulasi angin Monsun Australia yang bersifat kering dan bertiup dari arah Timur-Tenggara.

Beberapa daerah yang telah memasuki musim kemarau di antaranya: Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, Jawa Timur, sebagian besar Jawa Tengah dan Jawa Barat, DKI Jakarta bagian barat dan timur, Pesisir utara Banten, Pesisir timur Jambi, Riau dan Aceh, Sumatra Utara bagian tengah, utara dan timur, Kalimantan Selatan bagian barat, Kalimantan Tengah bagian timur, Sulawesi Barat bagian selatan, Pesisir barat Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara bagian selatan. Maluku bagian barat, Papua Barat bagian timur, serta Papua bagian tengah, selatan dan utara.

Sebanyak 30 persen ZOM yang mengalami musim kemarau telah mengalami kondisi kering atau Hari Tanpa Hujan (HTH) berturut-turut, yang bervariasi antara 21 sampai 30 hari, 31 sampai 60 hari, dan diatas 61 hari.

“HTH terpanjang terjadi di Oepoi, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur selama 70 hari," sambung Deputi Klimatologi BMKG, Herizal.

Walaupun sebagian besar mengalami musim kemarau, beberapa daerah juga perlu mewaspadai adanya potensi curah hujan tinggi dan sangat tinggi selama empat bulan ke depan.

Beberapa daerah tersebut di antaranya: sebagian Aceh, Sumbar, Kalbar, Kaltara, Sultra, Sulteng; Sulbar; Maluku Utara; Papua Barat dan sebagian Papua (pada bulan Juli 2020), sebagian Aceh, Sumbar, Kalbar, Kaltara, Sulbar, Maluku Utara; Papua Barat dan Sebagian Papua (pada bulan Agustus 2020), Aceh, sebagian Sumut, Sumbar, Kalbar dan Kaltara, Sulbar, Papua Barat dan sebagian Papua (September 2020), Aceh, Sumut, Sumbar, Bengkulu, Kalbar, Kaltara, Sulbar, Papua Barat dan sebagian besar Papua (Oktober 2020).

Itu karena suhu muka air laut perairan Indonesia masih cukup hangat sehingga cukup memasok uap air ke atmosfer akibat proses penguapan. Sementara itu, aktivitas gelombang ekuator tropis (Gelombang Kelvin dan Rossby) serta aliran massa udara Samudera Pasifik yang masuk ke Indonesia, berpotensi menimbulkan peningkatan aktivitas pembentukan awan konvektif di Indonesia sebelah utara ekuator, terutama di Indonesia bagian timur dan tengah.

Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan, Nasrullah mengatakan, berdasarkan prakiraan curah hujan probabilistik BMKG, beberapa wilayah seperti, sebagian Sulawesi Tengah dan Papua berpotensi banjir dengan dengan peluang kategori ‘tinggi’ pada dasarian II Juli ini.

“Sementara itu pada Dasarian III atau dalam 10 hari terakhir di bulan Juli ini, potensi banjir dengan peluang kategori ‘menengah’ diprediksi terdapat di sebagian Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat,  Jambi,  Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara , Papua Barat dan Papua," sambungnya.

"Sedangkan pada dasarian I atau sepuluh hari pertama di bulan Agustus, sebagian Papua Barat berpotensi banjir kategori menengah," imbuhnya.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Kuasa Hukum: Nadiem Makarim Tidak Terima Sepeserpun

Minggu, 21 Desember 2025 | 22:09

China-AS Intervensi Konflik Kamboja-Thailand

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:51

Prabowo Setuju Terbitkan PP agar Perpol 10/2025 Tidak Melebar

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:35

Kejagung Tegaskan Tidak Ada Ruang bagi Pelanggar Hukum

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:12

Kapolri Komitmen Hadirkan Layanan Terbaik selama Nataru

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:54

Kasus WN China Vs TNI Ketapang Butuh Atensi Prabowo

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:25

Dino Patti Djalal Kritik Kinerja Menlu Sugiono Selama Setahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:45

Alarm-Alam dan Kekacauan Sistemik

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:39

Musyawarah Kubro Alim Ulama NU Sepakati MLB

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:09

Kepala BRIN Tinjau Korban Bencana di Aceh Tamiang

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:00

Selengkapnya