Berita

Rachmawati Soekarnoputri/Net

Politik

Rachmawati: RUU BPIP Abal-Abal Dan Menabrak Tata Cara

SABTU, 18 JULI 2020 | 12:19 WIB | LAPORAN: YELAS KAPARINO

RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP) ditolak berbagai kalangan. Terutama kalangan agamawan yang khawatir bila diundang, RUU itu akan menjadi pintu masuk bagi komunisme dan PKI.

DPR menyetujui penolakan itu dan membatalkan pembahasan RUU yang diajukan PDI Perjuangan itu. Di saat bersamaan, DPR menerima RUU Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) yang diusulkan pemerintah.

Tidak dapat dihindarkan kesan bahwa RUU BPIP ini hanya sekadar menggantikan RUU HIP. Sebagai langkah kompromi, keberatan kelompok penenantang RUU HIP diakomodasi di RUU BPIP.

Tap MPRS XXV/MPRS/1966 yang melarang ideologi komunisme dimasukkan sebagai pertimbangan dalam RUU ini. Lalu, istilah Trisila dan Ekasila yang ada di RUU HIP tidak dicantumkan di dalam RUU BPIP.

Skenario membatalkan RUU HIP dan menerima RUU BPIP ini di sisi lain menimbulkan persoalan baru.

Menurut Pendiri Yayasan Pendidikan Soekarno, Rachmawati Soekarnoputri, RUU BPIP ini adalah langkah abal-abal yang menabrak tata cara penyusunan undang-undang.

Menurut putri Bung Karno ini, RUU BPIP adalah pesanan politik khusus untuk memberikan landasan hukum yang lebih kuat bagi BPIP yang didirikan Presiden Joko Widodo melalui Penetapan Presiden 7/2018.

“Seharusnya UU disusun, baru kemudian lembaga dibentuk sebagai pelaksanaan dari UU,” ujar Rachma dalam perbincangan dengan redaksi Kantor Berita Politik RMOL.

Dia mencontohkan apa yang dilakukan Presiden SBY di masa lalu saat hendak membentuk Dewan Pertimbangan Presiden. Pemerintah lebih dahulu mengusulkan RUU. Setelah RUU disahkan menjadi UU, baru kemudian lembaga Wantimpres dibentuk.

“Jadi RUU BPIP ini abal-abal dan menabrak tata cara,” ujarnya.

Rachma juga mengingatkan, bahwa proses pembentukan UU diatur dalam UU 12/2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Mekanisme pengajuan dan pembahasan RUU bisa dilihat di dalam Pasal 16 sampai 23, Pasal 43 sampai 51 dan Pasal 65 sampai 74.

Berdasar ketentuan tersebut proses pembentukan sebuah undang-undang dilakukan dalam enam tahap awal.

Pertama, sebuah RUU bisa berasal dari Presiden, DPR atau DPD. Kedua, RUU yang diajukan oleh Presiden disiapkan oleh menteri atau pimpinan lembaga terkait. Ketiga, RUU kemudian dimasukkan ke dalam Program Legislasi Nasional (prolegnas) oleh Badan Legislasi DPR untuk jangka waktu 5 tahun.

Selanjutnya, keempat, RUU yang diajukan harus dilengkapi dengan Naskah Akademik kecuali untuk RUU Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), RUU penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) menjadi UU, serta RUU pencabutan UU atau pencabutan Perpu.

Kelima, Pimpinan DPR mengumumkan adanya usulan RUU yang masuk dan membagikan ke seluruh anggota dewan dalam sebuah rapat paripurna.

Terakhir, keenam, di rapat paripurna berikutnya diputuskan apakah sebuah RUU disetujui, disetujui dengan perubahan atau ditolak untuk pembahasan lebih.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

2.700 Calon Jemaah Haji Jember Mulai Berangkat 20 Mei 2024

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:49

Bertahun Tertunda, Starliner Boeing Akhirnya Siap Untuk Misi Awak Pertama

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:39

Pidato di OECD, Airlangga: Indonesia Punya Leadership di ASEAN dan G20

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:27

Jokowi: Pabrik Baterai Listrik Pertama di RI akan Beroperasi Bulan Depan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:09

Keputusan PDIP Koalisi atau Oposisi Tergantung Megawati

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:49

Sri Mulyani Jamin Sistem Keuangan Indonesia Tetap Stabil di Tengah Konflik Geopolitik Global

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:40

PKB Lagi Proses Masuk Koalisi Prabowo-Gibran

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:26

Menko Airlangga Bahas 3 Isu saat Wakili Indonesia Bicara di OECD

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:11

LPS: Orang yang Punya Tabungan di Atas Rp5 Miliar Meningkat 9,14 Persen pada Maret 2024

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:58

PKS Sulit Gabung Prabowo-Gibran kalau Ngarep Kursi Menteri

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:51

Selengkapnya