Berita

Nelayan dan lobster/Net

Nusantara

Cerita Nelayan: Saat Ada Peraturan Larangan Ekspor, Harga Jual Lobster Hanya Rp 20 Ribu

JUMAT, 17 JULI 2020 | 15:39 WIB | LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK

Peraturan Menteri 56/2016 yang dikeluarkan oleh mantan Menteri KKP Susi Pudjiastuti soal larangan ekspor benih lobster dianggap sangat merugikan para nelayan. Khususnya, nelayan lobster karena kehilangan mata pencaharian.  

Seperti Asep Madid, nelayan lobster dan baby lobster asal Ujung Genteng, Sukabumi, Jawa Barat.

Dia mengeluhkan akibat pelarangan itu, harga jual 1 kilogram lobster hanya dihargai Rp 20 ribu. Itupun sudah tidak bisa diekspor.


Sementara itu, ketua kerukunan nelayan Ujung Genteng, Agus JK mengatakan, biasanya para nelayan bisa mendapat hasil tangkapan maksimal 1 kuintal atau 10 kilogram.

Namun, karena ada Permen 56/2016 dalam pasal 2 huruf b melarang lobster dengan panjang di bawah 8 centimeter atau berat 200 gram per ekor.

“Akhirnya kalau dibuang bagaimana, kalau dibuang lagi kan biaya operasional menjadi bengkak. Buat nelayan inikan gak paham, ini dilarang yang penting ambil di laut dibawa ada yang mau beli di jual,” kata Agus kepada wartawan, Jumat (17/7).

Dalam Permen 56/2016 yang dibuat oleh Susi Pudjiastuti juga melarang penjualan benih lobster atau benur untuk budidaya, justru membuat para nelayan menjadi khawatir dan takut untuk menangkap lobster sehingga berdampak kepada perekonomian mereka.

Meskipun, masih banyak nelayan yang juga nekat masih menangkap lobster maupun baby lobster.

“Habis nelayan mau cari apalagi, gaji gak dapat, otomatis yang bisa dimanfaatkan dari laut kita manfaatkan,” tandas Agus.

Agus mengungkapkan, nelayan hanya berpikir urusan perut dan dapur agar tetap ngebul meskipin akhirnya nanti berurusan dengan hukum.

“Apa kita takut aturan atau perut kita kosong, anak istri tidak makan,” ujar Agus.

Nelayan lainnya Ndang atau biasa dipanggil Angger menambahkan, akibatnya, para pengepul baby lobster akhirnya banyak yang ditangkap saat hendak membawa barang daganganya.

Sehingga, secara langsung para nelayan terimbas dengan anjloknya harga beli dari para pengepul lantaran mereka lebih mengedepankan spekulasi dalam memberikan harga.

“Yang biasanya Rp 18 ribu (per ekor) bisa jadi Rp 5 ribu, kadang hari ini Rp 15 ribu mungkin besoknya bisa jadi dua ribu perak,” tandas Ndang menambahkan.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Kuasa Hukum: Nadiem Makarim Tidak Terima Sepeserpun

Minggu, 21 Desember 2025 | 22:09

China-AS Intervensi Konflik Kamboja-Thailand

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:51

Prabowo Setuju Terbitkan PP agar Perpol 10/2025 Tidak Melebar

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:35

Kejagung Tegaskan Tidak Ada Ruang bagi Pelanggar Hukum

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:12

Kapolri Komitmen Hadirkan Layanan Terbaik selama Nataru

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:54

Kasus WN China Vs TNI Ketapang Butuh Atensi Prabowo

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:25

Dino Patti Djalal Kritik Kinerja Menlu Sugiono Selama Setahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:45

Alarm-Alam dan Kekacauan Sistemik

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:39

Musyawarah Kubro Alim Ulama NU Sepakati MLB

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:09

Kepala BRIN Tinjau Korban Bencana di Aceh Tamiang

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:00

Selengkapnya