Perkembangan penyelidikan bentrokan tentara Armenia dan Azerbaijan mendapati bahwa ternyata jumlah korban lebih dari yang disebutkan di awal-awal pemberitaan. Juga didapat beberapa fakta lainnya yang mendorong penyelidikan lebih lanjut lagi.
Azerbaijan melaporkan lebih dari sepuluh kematian tentaranya dari yang sebelumnya disebutkan empat. Sementara Armenia yang sebelumnya dikatakan tidak ada korban jiwa, telah mengkonfirmasi empat kematian tentaranya.
Juru Bicara Kementerian Pertahanan Armenia, Shushan Stepanyan, menulis dalam postingan media sosialnya ungkapan bela sungkawa terhadap empat tentara Armenia yang gugur, dikutip dari
New Am, Selasa (14/7).
Mereka adalah, Prajurit Angkatan Bersenjata Smbat Gabrielyan, Grisha Matevosyan, Mayor Garush Hambartsumyan, dan Kapten Sos Elbakyan.
Stepanyan menyampaikan duka mendalam atas kepergian para prajurit kebanggaan di perbatasan.
Stepanyan juga telah mempelajari hasil rekaman peristiwa bentrokan berdarah yang terjadi pada Minggu (12/7) di perbatasan Tavush itu. Rekaman menunjukkan adanya serangan balasan yang dilakukan oleh pasukan Armenia terhadap pasukan Azerbaijan.
Terlihat pasukan Armenia menghancurkan benteng militer Azerbaijan dan menembaki desa-desa di perbatasan Armenia itu.
Kabar ditemukannya penambahan korban tewas membuat Kremlin kembali menyampaikan seruannya untuk perdamaian. Kremlin merasa sangat prihatin dan siap untuk mencari jalan mediasi bagi keduanya.
"Kami sangat prihatin dengan baku tembak di perbatasan Armenia-Azerbaijan," ujar juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.
“Kami meminta kedua belah pihak untuk menahan diri dan menghormati kewajiban mereka sebagai bagian dari gencatan senjata. Seperti yang telah kami katakan berulang kali pada tingkat yang berbeda, Rusia siap untuk memberikan upaya mediasi untuk penyelesaian, sebagai ketua bersama dari [MCE] Kelompok Minsk,†kata Peskov.