Berita

Ketua Umum Partai Gelora, Anis Matta/Ist

Dunia

Strategi Apik Erdogan Fungsikan Hagia Sophia Sebagai Masjid, Ingin Tonjolkan Turki Sebagai Pemimpin Kawasan

SELASA, 14 JULI 2020 | 18:59 WIB | LAPORAN: DIKI TRIANTO

Ada pesan khusus yang disampaikan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan yang berani mengembalikan fungsi Hagia Sophia dari museum menjadi masjid.

Setidaknya, Erdogan ingin menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Turki adalah negara berdaulat dan pemimpin kawasan.

"Turki pemimpin kawasan. Itu pesan Erdogan di balik keputusan mengembalikan Hagia Sophia menjadi masjid setelah dijadikan museum oleh Attaturk sejak 1935," kata pengamat geopolitik internasional, Muhammad Anis Matta, Selasa (14/7).


Pada dasarnya, keberanian Erdogan tersebut banyak diapresiasi masyarakat muslim dunia, termasuk muslim di Indonesia. Namun di sisi lain kebijakan tersebut memantik pertentangan, terutama dari negara yang kontra dengan Turki seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA).

Bagi Anis, pesan khusus Erdogan ini menyangkut pertarungan geopolitik yang hendak dimenangkannya. Ada strategi khusus yang diinginkan Erdogan demi Turki.

"Ini pesan determinasi di tengah pertarungan politicall will secara geopolitik," jelas Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia ini.

Jika dilihat lebih dalam, keputusan tersebut merupakan strategi Erdogan dalam geopolitik yang memang diperlukan. Sebab sudah hampir 10 tahun terakhir, Turki terlibat konflik dalam berbagai titik seperti di Syiria, Yunani, Libya, dan Yaman.

Anis Matta menilai titik balik Erdogan terjadi pasca gagalnya kudeta tahun 2016. Saat itu, kudeta militer yang disponsori negara-negara anti-Arab Spring seperti Arab Saudi dan UEA makin mengokohkan posisi internal Erdogan.

"Itu juga membuat Erdogan lebih berani melakukan intervensi militer di kawasan, seperti Libya dan suatu saat mungkin juga Yaman," jelasnya.

Hal lain yang menjadi titik balik adalah terperosoknya harga minyak Arab yang memukul Saudi, UEA, dan Rusia yang merupakan pemain utama dalam konflik geopolitik di kawasan tersebut.

"Pesan determinasi geopolitik Turki ini sepertinya dirancang dengan apik menuju Pilpres terakhir Erdogan tahun 2024 mendatang," pungkasnya.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pemkot Bogor Kini Punya Gedung Pusat Kegawatdaruratan

Senin, 29 Desember 2025 | 10:12

Dana Tunggu Hunian Korban Bencana Disalurkan Langsung oleh Bank Himbara

Senin, 29 Desember 2025 | 10:07

1.392 Personel Gabungan Siap Amankan Aksi Demo Buruh di Monas

Senin, 29 Desember 2025 | 10:06

Pajak Digital Tembus Rp44,55 Triliun, OpenAI Resmi Jadi Pemungut PPN Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 10:03

Ketum KNPI: Pelaksanaan Musda Sulsel Sah dan Legal

Senin, 29 Desember 2025 | 09:51

Bukan Soal Jumlah, Integritas KPU dan Bawaslu Justru Terletak pada Independensi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:49

PBNU Rukun Lagi Lewat Silaturahmi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:37

PDIP Lepas Tim Medis dan Dokter Diaspora ke Lokasi Bencana Sumatera

Senin, 29 Desember 2025 | 09:36

Komisi I DPR Desak Pemerintah Selamatkan 600 WNI Korban Online Scam di Kamboja

Senin, 29 Desember 2025 | 09:24

Pengakuan Israel Atas Somaliland Manuver Berbahaya

Senin, 29 Desember 2025 | 09:20

Selengkapnya