Berita

Tim advokasi ProDem sampaikan perbaikan pengajuan gugatan UU Corona di MK/RMOL

Politik

ProDem Sampaikan 7 Perbaikan Permohonan Uji UU Corona, Petitum Tak Diubah

SENIN, 13 JULI 2020 | 15:55 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Tim advokasi Jaringan Aktivis Pro Demokrasi (ProDem) telah melengkapi perbaikan permohonan pengujian UU 2/2020 tentang Corona di Mahkamah Konstitusi (MK).

Sidang lanjutan yang digelar di Gedung MK, Jakarta Pusat pada hari ini, ada tujuh poin perbaikan permohonan tim advokasi ProDem dengan perkara nomor 42/PUU-XVIII/2020.

Pertama ialah soal substansi persoalan. Tim kuasa pemohon menyampaikan bahwa substansi persoalan tidak berubah seperti sidang sebelumnya.

"Jadi kami tetap menguji sejumlah pasal di dalam lampiran UU 2/2020 yang telah menjadi satu kesatuan dan tidak terpisahkan dengan UU yang dimaksud dalam pasal yang terdapat dalam UUD," ucap kuasa pemohon, Ruth Yosephine di persidangan, Senin siang (13/7).

Selanjutnya kata Ruth, sistematika penyesuaian sesuai dengan yang berlaku umum di Mahkamah Konstitusi.

"Jadi sesuai dengan arahan dari yang mulia, bahwa untuk mengadakan pendahuluan, jadi kami langsung menguraikan kewenangan Mahkamah Konstitusi," jelasnya.

Poin ketiga yakni jumlah pemohon berjumlah 50 orang sebagaimana surat kuasa yang telah didaftarkan pada awal pengajuan.

Poin keempat menjelaskan legal standing pada pemohon. Kelima, kuasa pemohon tidak sama sekali mengubah posita, namun hanya menyederhanakan posita yang terdahulu tanpa mengubah substansi dari posita-posita sebelumnya.

Keenam, mengenai argumentasi hukum, kuasa hukum membuat secara singkat, padat, dan jelas. Argumentasi hukum tersebut merupakan kumulatif dari para pemohon sehubungan dengan adanya kerugian konstitusional yang dialami para pemohon.

"Nah, kami mau minta permohonan ke majelis karena dalam perbaikan kami, poin nomor 12 argumentasi hukum itu ada kesalahan pengetikan yang mulia. Di halaman 81 kami tuliskan bahwa UU 17/2007 sedangkan yang kami maksud bukan UU tersebut, namun UU 17/2003 tentang Keuangan Negara," tutur Ruth.

Poin terakhir ialah petitum yang tidak diubah sama sekali dan masih menggunakan petitum sebelumnya saat pengajuan permohonan.

"Kami hanya menyelaraskan petitum kami dengan kerugian konstitusional yang dialami oleh para pemohon," pungkasnya.

Dalam sidang ini, Hakim Ketua ialah Aswanto. Sidang ini pun dibarengi dengan dua nomor perkara lainnya dan masih dalam gugatan yang sama.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Viral Video Mesum Warga Binaan, Kadiv Pemasyarakatan Jateng: Itu Video Lama

Jumat, 19 April 2024 | 21:35

UPDATE

Satgas Judi Online Jangan Hanya Fokus Penegakkan Hukum

Minggu, 28 April 2024 | 08:06

Pekerja Asal Jakarta di Luar Negeri Was-was Kebijakan Penonaktifan NIK

Minggu, 28 April 2024 | 08:01

PSI Yakini Ekonomi Indonesia Stabil di Tengah Keriuhan Pilkada

Minggu, 28 April 2024 | 07:41

Ganjil Genap di Jakarta Tak Berlaku saat Hari Buruh

Minggu, 28 April 2024 | 07:21

Cuaca Jakarta Hari Ini Berawan dan Cerah Cerawan

Minggu, 28 April 2024 | 07:11

UU DKJ Beri Wewenang Bamus Betawi Sertifikasi Kebudayaan

Minggu, 28 April 2024 | 07:05

Latihan Evakuasi Medis Udara

Minggu, 28 April 2024 | 06:56

Akibat Amandemen UUD 1945, Kedaulatan Hanya Milik Parpol

Minggu, 28 April 2024 | 06:26

Pangkoarmada I Kunjungi Prajurit Penjaga Pulau Terluar

Minggu, 28 April 2024 | 05:55

Potret Bangsa Pasca-Amandemen UUD 1945

Minggu, 28 April 2024 | 05:35

Selengkapnya